Kampanye Proyek Lingkungan di Golden City Mal Surabaya

Para finalis Pangeran & Putri Lingkungan Hidup 2005 terbukti bisa berpikir orisinil. Tak hanya mengenai ide-ide proyek lingkungan mereka, tetapi juga tentang cara mengampanyekan proyek tersebut.

Lihat saja penampilan Nadya Noor Azalia, yang membawakan proyek Sekolahku Istanaku. Siswa SD Laboratorium Malang ini menggunakan boneka tangan sebagai media presentasinya. Meski masih duduk di bangku Sekolah Dasar, Nadya berani membawakan pengantar ceritanya dalam bahasa Inggris.

Dongeng tentang anak-anak SD yang membuang sampah sembarangan dibawakannya dengan menarik. Dia juga memerankan tokoh boneka dirinya. Boneka Nadya inilah yang kemudian memberikan pengertian kepada teman-temannya untuk menjadikan lingkungan sekolah terasa nyaman.

Tampaknya, teknik ini memang cukup efektif untuk mengampanyekan cinta lingkungan untuk anak usia SD. Terbukti saat Nadya tampil, beberapa anak kecil langsung merubung ke bibir panggung.

Donna Roslinasari, yang mencoba menarik perhatian penonton dan dewan juri dengan jamu beras kencur. Pembagian jamu secara cuma-cuma terbukti ampuh untuk mendapatkan perhatian penonton. Dengan leluasa, siswi SMPN 1 Pandaan ini dapat menerangkan pentingnya Tanaman Obat Keluarga (Toga).

Teknik serupa juga dijalankan oleh Jane Ester Debora Anastasia Tampi, 14. Hanya saja siswi SMPN 16 Surabaya ini lebih inovatif dalam mengolah jamu-jamuannya. Ada jamu fruit punch yang terdiri campuran jamu kunyit asam atau beras kencur dengan jus buah, ada pula sinomcoffee blend. ”Ini jamu tapi rasanya bukan jamu, silahkan dicoba,” ujarnya sambil membagi-bagikan jamu campurannya ini.

Menurut Ester, demikian panggilan akrabnya, inovasi jamu-jamuan ini dilakukannya untuk menghilangkan rasa getir dari bahan-bahan jamu. Dengan diolah sedemikian rupa, jamu buatannya lebih dapat diterima oleh semua kalangan umur. ”Anak-anak yang nggak doyan jamu pun jadi mau karena rasanya ramai,” imbuhnya.

Untuk berksperimen, Ester mengumpulkan resep-resep jamu di berbagai majalah. Dari resep-resep ini dirinya menemukan satu resep baru. Dia juga mencobakan beberapa Toga ini kepada anggota keluarganya sendiri. Seperti daun pecut kuda untuk meredakan batuk, dan daun tapak dara untuk menurunkan tekanan darah tinggi. ”Untuk obat batuk aku coba sendiri, haislnya manjur. Tapi untuk yang darah tinggi, kakek saya yang meminumnya,” lanjutnya.

Christina Sandi Tjandra juga pintar mencuri perhatian pengunjung. Tampil dengan proyekSaving the Sribombok from Extinction, Christina benar-benar bisa menyedot perhatian penonton. Dia membagikan beberapa kaus yang tulisannya sama dengan proyek kampanyenya. ”Ayo dukung saya, selamatkan Sribombok dari kepunahan,” teriaknya sambil mengepalkan tangan ke atas.

Sementara itu, Marisa Tania yang mengusung proyek Penyosialisasian Sumber Pencemar Kalimas juga tampil tak kalah atraktif. Sebelum memulai orasinya, Marisa sempat membacakan beberapa larik puisinya tentang sungai legendaries itu. Tentu isinya adalah kesedihannya memandang kondisi Kalimas. Saking terharunya, Marisa sampai menangis. “Padahal, saya sudah tahan-tahan agar tidak menangis,” kata siswi SMP Petra 5 ini.

Sedangkan I Dewa Putu Adhika Happy juga tampil cukup bersemangat. Siswa SMP Petra 3 itu membawakan proyek Pemanfaatan Getah Pisang menjadi Keripik. Tak tanggung-tanggung, Adhika menawarkan kepada penonton untuk menjadi penjual keripik pesanannya. ”Beberapa RT dan PKL sudah memesan kripik saya,” kata siswa berkacamata ini.

Namun, tak semua finalis menggunakan pesona untuk menarik perhatian penonton. M. Vardian Mahardika, malah sengaja merobek presentasinya di hadapan para pengunjung. ”Memang saya tidak pandai membuat presentasi. Presentasi saya jelek. Tapi saya benar-benar ingin melestarikan hutan bakau,” ujarnya di hadapan para penonton. Ulahnya yang tak biasa ini juga mampu mencuri perhatian penonton dan dewan juri.