Kisahku di Australia

Dini hari pukul 2 tanggal 9 Juli 2005 aku dibangunkan Papa. Aku segera mandi dengan air hangat dan bersiap-siap berangkat ke Bandara Juanda di Surabaya. Aku sarapan pagi di mobil dan tidur lagi karena masih mengantuk. Pukul setengah 5 pagi, aku yang diantar oleh kakek, nenek, papa dan adik-adik masih harus menunggu rombongan Klub Tunas Hijau datang.Tepat pukul 05.00 rombongan Klub Tunas Hijau berkumpul dan memasuki bandara.

Setelah pemeriksaan tas, kami segera memasukkan koper ke bagasi. Pukul 06.00 kami bersiap berangkat ke Denpasar, Bali dengan naik pesawat Merpati. Kami berangkat ke Denpasar kurang lebih 1 setengah jam. Kami Transit di Denpasar. Selama beberapa jam di Bali kami berjalan-jalan melihat-lihat Bali. Walaupun panas, Bali tetap sangat indah. Pantaslah kalau banyak turis lokal maupun mancanegara berlibur ke Bali.

Tibalah waktunya untuk berangkat ke Australia. Walaupun aku senang dan berdebar-debar, tetap terbesit rasa rindu, takut, dan bersedih karena harus meninggalkan rumah, keluarga, sekolah, bahkan INDONESIA! Tapi, bukankah itu suatu pengalaman yang sangat berharga? Seharusnya tidak boleh disia-siakan bukan?

Dari Denpasar menuju Australia, Perth. Pesawatnya bernama Air Paradise. Pesawatnya besar!! Banyak yang penumpangnya orang BULE!! Waah…Rambutnya putih semua, ya! 3 jam kita naik pesawat. Tempat kita menyebar, lagi! Walaupun makanannya enak, tempat duduk luas dan lebar, camilannya banyak dan enak-enak tapi aku tetap merasa takut, rindu dan sedih karena pergi ke luar negeri. Walaupun begitu, aku tetap berpikir, kenapa mesti takut? Ini kan suatu pengalaman sangat berharga?

Aku juga masih ingat kata-kata mama yang menurutku sangat berharga. Kita ke luar negeri demi bangsa dan negara kita. Kita seharusnya berbangga dan tidak perlu takut ataupun sedih. Kita kan selalu dijaga oleh Tuhan?

Tak terasa 3 jam sudah kulewati. Dalam waktu 3 jam itu aku merasakan adanya perang dalam diriku. Perang bagaimana aku harus bersikap? Bagaimana seharusnya perasaanku dalam mengikuti program lingkungan hidup ke Australia ini? Aku sangat amat bingung.Hingga akhirnya aku pusing dengan perang dengan diriku sendiri ini. Kenapa sih aku harus mengalami perang dengan diriku sendiri?

Diary 10 hari

Diaryku, sekarang aku ada di Perth, Australia. Di sini aku melihat jauh perbedaan di antara Australia, dan Indonesia. Di sini tuh seperti kota di tengah taman, suhunya berbeda, minum langsung dari keran, juga kalau mau pergi-pergi jalan kaki, naik bus atau sepeda. Ada sih yang naik mobil, tapi cuma sebagian kecil. Di sini hampir semuanya punya anjing yang ramah, nggak seperti di Indonesia.

Eh, aku juga mau bikin review atau diary 10 hariku di sini.

Minggu, 10 Juli 2005 di Perth, Western Australia

Hari ini aku dan kawan-kawan pergi ke kota Fremantle dengan naik bus dari Perth ke Fremantle. Sebelumnya kita makan pagi dengan makanan Australia yaitu PORRIDGE. Porridge adalah sejenis bubur gandum yang dicampur dengan buah-buahan, madu atau susu. Dari apartemen kami – Broadwater – kami berjalan menuju halte bus dengan Program Director Millennium Kids Australia yang menemani kami di Australia, Catrina. Broadwater apartemen yang telah ditunjuk Millenium Kids sebagai tempat kami menginap, terasa sangat nyaman,

Kelompok kami dibagi menjadi putra dan putri. Di masing-masing kelompok kami bisa memasak, mancuci baju bahkan mandi ala Spa dengan air hangat, tentu saja, karena hawa disini sangat dingin…BBRRRR.

Sebenarnya aku dan kawan-kawan selalu tergiur untuk mandi berendam di kolam renang lantai dasar, tapi tak terbayang rasanya, walau sudah pakai air hangat. Begitu dinginnya, seorang kawan langsung aja menyalakan “alat” yang tergantung di dinding. Tapi aneh, kenapa semakin lama ruangan justru semakin dingin ….?

Ooops! Ternyata bukan heater! justru Air Conditioner! Ha ha ha. Nah, dari  Broadway inilah perjalanan pertamaku dan kawan-kawan … ke Halte Bus. Kami berjalan selama 2 km. Cukup melelahkan! Apalagi sebelumnya, di Indonesia aku jarang jalan-jalan jauh, maklum sekolahku kan dekat dari rumah.  Tujuan kami ke Fremantle adalah melihat kantor Millennum Kids yang baru. Sebelumnya kita menuju ke Fremantle Market untuk membeli snack. Sambil melihat-lihat barang-barang di sini. Wah, aku bingung juga melihat harga-harga dolar, mamaku pernah cerita bahwa 1 dolar Australia sama dengan sekitar Rp 7000,-. Jadi iseng-iseng kucoba hitung harga barang, tapi lama-lama pusing juga.

Setelah itu kita melihat kantor Millennium Kids yang baru. Dulu itu sel/penjara jaman dulu. Tapi sekarang menjadi perkantoran mini. Gedungnya oke banget lho.

Makan siang kami lakukan di taman dengan para burung Albatros yang asalnya di pantai. Perth dan pantai memang dekat jadi maklum ada burung pantai yang “NYASAR” di kota.Suasana dan pemandangan semacam ini rasanya tak dapat kulupakan.. Aku rasa kawan-kawanku merasakan hal yang sama, nikmatnya menyatu dengan alam.

Setelah makan, kami foto bareng di kantor Catrina. Lalu pulang ke apartemen Broadwater dan makan malam dengan spaghetti buatan Catrina. Di malam hari, saat kegiatan selesai, badan terutama kaki terasa lelah tapi mata belum mau terpejam, timbul lagi kerinduan pada mama, papa, adik kakak, teman-teman sekolah juga kampung halamanku. Untunglah kami semua selalu kompak, jika ada yang masih “melotot” tak bisa tidur, selalu kami ganggu. Yaah, jaga-jaga supaya jangan sampai nangis.

Akhirnya hari pertama berlalu, selimut tebal dan canda teman-teman menerbangkanku ke alam mimpi.

Senin, 11 Juli 2005 di Perth, Western Australia.

Sebelum ke kebun binatang Perth, kami sarapan roti dengan telur setengah matang.Isabella, putri Catrina juga ikut sarapan, kami ceritakan padanya bahwa telur goreng terkenal dengan sebutan “telur mata sapi” di Indonesia. Aku pergi ke kebun binatang dengan jalan dan pulang ke Broadwater naik sepeda. Kami berjalan menyusuri tepi Swan River. Sesekali kami berhenti untuk melihat keadaan air, jejak-jejak binatang di pasir Swan River, dan bermain kejar-kejaran di atas pasir.

Kami belajar bahwa lingkungan memang harus kita pelihara agar tetap bersih, indah dan sampai kapan pun kita dapat menikmatinya. Millenium Kids punya program mulia dengan menanam beribu pohon di sepanjang bantaran Swan River, hasil sampingannya beberapa burung-burung mulai berdatangan ke daerah ini.

Di sepanjang jalan menuju kebun binatang juga kami dapati jalan khusus untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda, asyik bukan? Agar keselamatan pejalan kaki dan pengendara sepeda terjamin. Kami juga memakai helmet lho saat bersepeda, daripada kena tilang. 

Di kebun binatang kami lumayan lama karena putar-putar melihat hewan, main games, bahkan makan siang disitu. Kami melihat banyak sekali hewan yang dilindungi. Ada Otters, Koala, Kangguru, Panda Merah, Kucing Pemancing ikan dan lain-lain. Kami makan siang dengan roti gandum isi sosis yang lezatnya minta ampun! Lalu kami bermain di playground, ke tempat hutan hujan, pokoknya seru, deh!!

Khusus zoo, aku akan cerita agak banyak yaa… Pokoknya kesan pertama Perth Zoo adalah bersih. Mungkin karena biaya perawatan juga cukup karena uang masuknya cukup mahal lho. Kalau dikurs Indonesia untuk rombongan kami 16 orang bisa sekitar 1,5 juta.

Atau mungkin karena hawa disini dingin baget sehingga tidak banyak angin. Jadi bau kotoranpun tidak tercium. Perth Zoo mempunyai beberapa program khusus untuk pelanggan.Program itu berupa: zoo news, conservation events, numbat club, reader’s survey, project sun bear, yang semuanya dipublikasikan lewat internet juga. Keren kan?

Disana kami ikuti pula program Rapt in Reptiles, mewarnai aneka gambar reptil, mengenalnya dari dekat dan membaca literatur tentang binatang tersebut. Dekat tempat Rapt in Reptils ini ,kami memasuki sebuah model rumah ramah lingkungan. Berbagai informasi tentang cara menghemat energi listrik, angin, matahari bisa ditemui disini. Eh, ternyata di Australia ada TOGA juga lho. Memang sih nama tanamannya lain dengan yang ada di Indonesia. Kayaknya kebun binatang di Indonesia belum ada yang dilengkapi dengan sarana informasi ramah lingkungan dan TOGA ya?

O, iya.. Di Perth Zoo ada satu taman di tengah kebun binatangtempat para pengunjung makan dan istirahat. Disana disediakan tempat sampah besar-besar dengan tulisan “sampah plastik’, “sampah basah”…. eh, lupa lagi satunya, jadi bersih banget! Karena bersih, dan ada tempat membuat Barbeque maka banyak sekali pengunjung makan di taman ini. Hasilnya??? Tidak ada pengunjung yang repot makan dekat kandang dan memberi makan binatang. Nah, ini juga bisa kita usulkan ke kebun binatang Surabaya. Tapi di Surabaya kan sudah banyak pedagang kaki limanya, apa perlu taman? 

Waah, perjalanan hari ini menyenangkan sekaligus melelahkan banget. Bikin review di malam hari aja rasanya sudah tidak kuat. Tapi asyik juga, karena ceritanya banyak. Semoga suatu saat aku dan kawan-kawan kesana lagi.

Selasa, 12 Juli 2005 di Forest Hill

Pagi ini kita makan roti gandum digoreng dan telur dadar. Banyak sekali jenis roti disini. Tapi kenapa kok masih kangen nasi? Pagi ini kami naik mobil, Catrina sendiri lho yang nyetir. Sepanjang jalan kami ngobrol, bernyanyi dan membuat permainan. Sayangnya John Henry, putra Catrina tidak ikut karena flu berat dan harus istirahat.

Lalu kami main ke Kings Park. Konon taman yang ditumbuhi tanaman dan pohon besar-besar ini dulu ditinggali kaum Aborigin. Ditengah Kings Park ada tangga sangat tingi berbentuk double helix. Katanya bentuk DNA sel manusia. Jika kita naik sampai ke puncak maka terlihat seluruh Perth.

Mengapa tidak kucoba? Ooops! Betul! Di puncak tangga ini kita bisa melihat semuanya! Indah sekali. Sayang tak bisa lama-lama karena angin bertiup sangat kencang di atas sana. Puas berfoto-foto, kami segera memasuki mobil ke supermarket beli-beli sesuatu. Catrina dan teman-teman Millenium Kids menyiapkan bekal untuk pergi ke rumah sakit satwa liar dan bermalam di hutan.

Wuuih! Tak terbayangkan bagaimana rasanya menginap di hutan nanti.

Cihuiii…..kami berkeliling melintasi pedesaan, peternakan. Oh, ternyata Cotleso Beach yang dituju! Indah dan bersih sekali pantai ini. Tempat sampahnya tertutup, tidak tampak satupun sampah disana. Kucoba juga ke kamar mandi umum. Wow, bahkan di pantaipun bersih! Segera kami lepas sepatu, menggulung celana panjang dan mulai berlarian main air dan pasir bahkan kalau bisa berenang. Sayangnya tak satupun dari kami yang membawa baju berenang. Agak lama kami disini, lantas perjalanan dilanjutkan dengan berkendaraan lagi ke Kanyana (rumah sakit bagi para hewan liar yang terluka).

Banyak lho hewannya. Karena kami sampai disana malam hari, maka asyik juga melihat kelakuan binatang malam. Ada wilby, numbat, owl. Tentu kami hanya boleh berbisik-bisik takut binatangnya sembunyi.

Kami juga menginap ke salah satu cottage di Forest Hill yang bersuhu 1o! Dingiiiiin… Aku ingat, sebelumnya kita ke DNA tower, tangga yang berputar tinggiiii sekali. Kalau kita sudah sampai di ujung nya, kita bisa melihat pantai, Perth city dan hutan. Mungkin Forest Hill inilah yang tadi kulihat begitu indah.

Pada saat di Cotleso Beach, aku mencari kerang. Ada yang berwarna oranye, juga ungu! Malam hari di Forest Hill, dengan kehangatan penghangat ruangan berbahan bakar kayu, kami bermain kerang tersebut, bernyanyi dan bermain monopoli. Tapi, monopoli ala Australia lho! Saat kita menempati forest hill, Catrina, Erika, Mamaku, tante Helena memasak. Aroma bawang bombay-nya membuat mataku sangat perih!! Walaupun aromanya enak….tapi perih di mata! Hmm .. memang agak enak ya tinggal di hutan!

Pagi hari tampak sedikit berembun, dengan gerimis. Dari jendela kulihat Kanguru melompat- lonpat. Rupanya mereka suka juga dilihat manusia.

Rabu, 13 Juli 2005 di Perth, Western Australia

Semalaman tidur di cottage yang terletak di Forest Hill. Malamnya gelap sekali. Setelah itu kami pergi ke suatu dam air yang dibangun oleh suku Aborigin asli Australia. Hutan di sana telah gundul karena dulu orang Eropa yang tahu bila di situ ditemukan emas sukanya menebangi pepohonan.

Orang Aborigin yang hidup 40.000 tahun disana sudah berpesan agar tidak menebangi pohon. Tapi, tetap ditebangi juga. Hingga Australia krisis air. C

atrina mengajari kami mengenali jejak-jejak kaki binatang dan membuat panah dari batu dan kotoran kanguru. Wah, ternyata Catrina sangat hebat pengetahuannya tentang lingkungan dan Aborigin.

Setelah ke DAM, kami makan sandwich isi tuna di National Park. Sehabis makan, kami harus membersihkan semua kotoran bahkan remah-remah roti karena binatang-binatang liar dapat sakit perut akibat memakan makanan dengan bahan pengawet.

Puas menikmat pemandangan, menjelajahi hutan, menyeberangi jembatan di atas jembatan, kami segera menuju mobil. Dalam perjalanan pulang kami menemui sebuah gereja lama yang berarsitektur antik. Kami mampir juga  ke sebuah sungai kecil yang akan mengalir ke Swan River.

Kamis, 14 Juli 2005 di Perth, Western Australia

Pagi ini kami hampir telat naik bis ke Konsulat Indonesia. Untuk presentasi, telah kami siapkan malam sebelumnya. Bahkan sebuah tarian jaipong. Tarian ini khusus untuk mengingatkan kita tentang keindahan alam sekitar. Aku menari juga dengan ada unsur lingkungannya.

Bajuku berwarna hijau dan bermotif daun yang melambangkan lingkungan yang hijau. Lagu judul tarianku berjudul langit biru yang melambangkan langit yang biru dan tanpa polusi. Gerakannya melambangkan rasa syukur pada Tuhan akan rahmat keindahan alam yang dilimpahkan dan kesedihan saat lingkungan itu tercemar.

Oh, hari yang mendebarkan, maklum beberapa hari kami selalu berada di lapangan dan baru kali ini acara serius lagi. Setelah itu kita menuju ke City of Perth. Disana kita bershoppingria sampai 17.30 waktu Perth.

Setelah kita ke terminal TransPerth, Yuda yang membeli jajan nggak bilang-bilang akhirnya tertinggal. Kak Yusi nangis sampai matanya bengkak buueesar. Wah, untung Yuda sudah ketemu.

Yuda lucu juga. Ketinggalan di bis bukannya telpon teman yang disini eh malah telpon ke Madiun, mamanya. Waah…langsung heboh! Sebenarnya Catrina sudah memberi kami Millenium Card yang dapat digunakan bila kesasar dimanapun. Tapi mungkin karena terlalu panik jadi kelupaan.

Jumat, 15 Juli 2005 di Perth, Western Australia

Hari ini kami pergi naik kapal Dolphin Discoverer di sungai Mandurah. Kami melihat lumba-lumba. Pemandangannya sangat bagus. Apalagi lautnya jernih. Memang betul apa kata orang, lumba-lumba sahabat manusia. Sepertinya mereka senang bermain-main dengan kita lho.

Kami makan siang Fish and Chips. Ikannya enak banget. Kentangnya emang besar-besar, sih! Wah….perut kenyang, rejeki datang! Om Endro, konsulat Indonesia, mengundang kita makan. Makanannya ala Indonesia. Ada juga sop ala Cina. Hmm..enak!! Tidak begitu banyak kegiatan kami hari ini. Jadi setelah kembali ke Broadwater, aku membuat ini dan…TIDUR!!!

Sabtu, 16 Juli 2005 di Perth, Western Australia

Hari ini kami main bola volley. Tanding, lo!! Tapi aku cuma nonton. Aku cuma duduk-duduk aja deh, lihat yang lain main. Aku berjanji dalam hati, suatu saat akan belajar bermain volley pantai. Eh, selain itu kami shopping lo. Dari toko sini, ke toko lain, ke toko lain lagi. Wah…sorenya kami jebur kak Yusi ke kolam renang di Broadwater. Kan ulang tahunnya kak Yusi! Tapi susah juga, ya. Alasannya banyak banget. Ya masak, ya capek, ya makan, aduh!!! Harus dipaksa dulu!! Waktu itu kami hampir nyerah, tapi…ya berhasil!

Minggu, 17 Juli 2005 di Perth, Western Australia

Hari ini kita pergi ke peternakan Linda untuk tree planting. Tangan dan kakiku penuh Lumpur. Emang asyik sih, katanya. 1 tahun lagi bakal jadi hutan mini, lo!! Wah..bakal ada banyak pohon, dong!

Aku membayangkan, program semacam ini bagus juga dikerjakan di kotaku..inginnya menanam pohon buah-buahan.

Disana enak juga, lo. Ada waktunya makan es krim, makan sosis yang lezat banget, bahkan makan marsmellow yang dibakar. Uuuuh!! Pahit!!!! Nggak enak!!

Senin, 18 Juli 2005 di Perth, Western Australia

Hari ini kita pergi ke City Farm. Apa sih city farm itu? City farm adalah semacam peternakan di kota. Dulu disini adalah pabrik industri. Semua yang ada disana dari barang bekas pabrik itu. Disana menernakkan ayam, cacing, bebek, lebah, angsa, juga hamster. Disana tomat berwarna kuning dan ada juga tumbuhan yang bisa dimakan.

Kita juga diajari membuat kompos, caranya celupkan kertas bekas ke air lalu masukan ke sebuah box dengan rata. Lalu beri kotoran hewan diatasnya dan jerami diatas kotoran hewan. Lalu taruh hewan-hewan seperti cacing merah yang bercampur dengan tanah dan diatasnya daun, sayur, bawang dan kulit jeruk yang serba “bekas” dari dapur. Lalu pada bagian paling atas bisa ditaruh kertas, tanah, jerami dan kotoran hewan yang dipercaki air.

Tunggu kurang lebih 2 bulan dan kompos siap dipakai. Setelah itu kita lunch sandwich tuna, jalan-jalan lihat baju, boneka dan buku di Target Mall DAN…BALIK ke BROADWATER lalu beres-beres KOPER, BAJU dan BARANG-BARANG!!  

Perbedaan Australia dan Indonesia

Indonesia Australia
 Agak kotor  Bersih, nyaris tidak ada sampah berserakan
 Banyak mobil mengantri  Mobil tidak terlalu banyak
 Tidak nampak ada antrian
 Suhu panas  Suhu dingin
 Pohon kurang banyak  Pohon sangat banyak

Kenapa kita tidak bisa menyamakan lingkungan kita dengan lingkungan Australia? Bukankah seharusnya kita yang telah diberikan kenikmatan oleh alam?

Jagalah lingkungan kita karena kita tidak akan bisa hidup tanpa pepohonan.