Workshop Daur Ulang Kertas dan Kompos di SD Ciputra
Sebanyak 89 siswa kelas 4 SD Ciputra mendapatkan pelajaran “tambahan” dari Klub Tunas Hijau pada Kamis, 26 Januari 2005. Mereka diajari beberapa hal yang berkaitan dengan sampah. Mulai membuat kertas daur ulang hingga kompos dari sisa makanan atau sampah organik.
Menurut Kepala SD Ciputra Andreas Rasidi, kegiatan tersebut memang bagian dari kurikulum di sekolah itu. ”Selain mendapat teori, mereka mendapat materi praktek,” kata Andreas Rasidi.
Pada sesi pertama workshop tersebut, anak-anak itu diajari membuat kertas daur ulang. Bahannya cukup kertas bekas yang sudah terpakai kedua sisinya, atau kertas koran. ”Kertas koran dipotongi kecil-kecil dan direndam di air sambil diremas-remas. Selanjutnya dihancurkan sampai menjadi bubur kertas dengan ditumbuk atau menggunakan blender,” kata Yusie Rossita, koordinator pendidikan Klub Tunas Hijau. Disampaikan Yusie, bahwa bubur kertas itulah yang siap dicetak menjadi kertas baru sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Pada sesi kedua, para siswa diajari prinsip-prinsip pembuatan pupuk kompos dengan menggunakan cara kucing. Mengingat kompos selama ini identik dengan bau busuk, belatung dan lalat, yang menyebabkan orang enggan untuk melakukannya. Namun, dengan prinsip kucing ini, anak-anak tersebut diajari cara membuat kompos dari sisa makanan yang mereka hasilkan sehari-hari di sekolah, dengan berkurangnya bau busuk.
”Cukup sediakan bak dengan cukup banyak lubang pada sisi-sisinya, dengan dilapisi kardus air mineral atau mie instan. Ini berfungsi agar udara tetap bisa menembusnya. Jangan lupa berikan pupuk kompos yang sudah jadi hingga 1/3 volume bak tersebut sebagai starter,” kata Yusie.
Pada pembuatan kompos ini, diadakan lomba untuk masing-masing kelas 4. Bagi kelas yang komposnya paling bagus dan paling banyak pada pertengahan Februari, maka kelas tersebut akan mendapat hadiah khusus dari Klub Tunas Hijau.
Pada sesi pembuatan kompos tersebut, para siswa diminta untuk berburu sisa makanan dari kantin sekolah. Nampak mereka berebut mengumpulkan sampah sisa makanan dalam kantong plastik besar. Maklum, sampah disana masih belum dipilah organik dan non-organik.(*)