KTH Sweeping Pohon Teraniaya

Terinspirasi Sariban, warga Bandung yang peduli pohon, aktivis Klub Tunas Hijau (KTH) melakukan hal yang sama untuk pohon-pohon teraniaya di Surabaya. Hingga Minggu 5 Februari 2006, KTH sudah lima kali menggelar Operasi Cabut Paku pada Pohon.

Di kotanya, Sariban sempat dianggap gila karenasetiap hari ia menyusuri Kota Bandung untuk mencabut paku dari pohon-pohon yang ditanam di sepanjang jalan. Sariban yang seorang pensiunan pegawai negeri  itu melakukan hal itu sendirian.

Dalam aksinya, Sariban berhasil mengumpulkan sepuluh karung paku yang menodai pepohonan yang mestinya dilindungi. Profil seorang pecinta lingkungan itu sempat ditonton Yusie Rossita, seorang aktivis KTH di sebuah televisi swasta sebulan lalu.

Langkah Sariban begitu menginspirasi Yusie untuk berbuat hal yang sama. Sebulan lalu, ia pun memaparkannya kepada aktivis KTH yang lain. ”Tak butuh waktu lama, seminggu kemudian teman-teman langsung meresponnya. Kami sudah bergerak sejak 15 Januari 2006 untuk meniru langkah Pak Sariban, yang mungkin tak pernah kita bayangkan hal sekecil itu sebenarnya cukup berarti untuk lingkungan kita,” kata Yusie Rossita, yang kini dipanggil kawan-kawannya di KTH sebagai Bu Sariban.

Dalam aksi kelima, Yusie Rossita juga bergabung dengan aktivis KTH menggelar aksi Operasi Cabut Paku Pada Pepohonan. Untuk kali ini, aksi yang digelar Minggu (5/2), dimulai di depan Balai Pemuda. Dengan berjalan kaki, lima belas aktivis KTH melakukan sweeping pohon-pohon yang ditancapi paku hingga berakhir di Monumen Bambu Runcing. Padahal, rencana kita sampai traffic light dekat Masjid Al Falah Surabaya,” kata Aris Sulistiyanto, aktivis KTH yang lain.

Bukan lantaran kurang personel atau aksi itu terhenti karena kelelahan. Ternyata ada perkiraan yang tak disangka aktivis KTH dengan aksinya yang digelar di sepanjang jalan protokol utama kota itu.

Dari kegiatan tersebut, mereka cukup tercengang dengan nasib satu pohon yang ternyata bisa ditancapi lebih dari 40 paku. ”Kami pikir satu pohon tuntas segera. Tetapi, jumlah paku yang ada di setiap pohon ternyata lebih banyak dari pohon lain yang ada di tujuh wilayah yang sudah kita sweeping,” kata Aris Sulistiyanto.

Bahkan, jika dalam empat aksi sebelumnya terkumpul satu bak penuh paku, hanya dalam waktu tiga jam dalam satu kali aksi, mereka mendapatkan satu bak penuh paku lagi. ”Kini kami simpan dua bak itu sebagai data kami,” kata Aris.

Untuk mendukung aksi mereka, para aktivis KTH memakai pakaian ala dokter. Delapan yang lain memakai celemek mirip tukang masak. Celemek itu berisi delapan imbauan mereka tentang penyelamatan pohon. Imbauan tersebut diantaranya No Trees No Future, Jangan Paku Pohon Dong, Pohon Bukan Tempat Iklan, Paku Pada Pohon Menyebabkan Keropos, Pohon Masa Depan Kehidupan, dan Ojo Nyikso Tanduran Rek.

Seperti aksi sebelumnya, para aktivis KTH menggunakan seperangkat alat berupa linggis, tang potong, kayu, pali, catut dan bak untuk menampung paku. Mereka berlagak ala dokter yang mengoperasi pasien yang sedang menderita sakit.

Paku-paku yang berhasil dicabut itu kemudian disimpan sebagai bukti. Aksi ini dijelaskan Aris Sulistiyanto, aktivis Klub Tunas Hijau, sebagai komitmen untuk menyelamatkan nasib pohon yang terluka akibat tercocok paku.

”Sebab, dengan kondisi begitu, maka bagian yang tertancap paku tak sekadar menjadi berlubang. Tetapi, juga merusak selnya karena karat paku. Jika sudah begitu, maka menyebabkan rayap yang menggerogoti sehingga keropos,” katanya.

Ditambahkannya, aksi ini akan terus digilir ke beberapa ruas jalan yang kanan kirinya banyak ditumbuhi pohon. Terutama, dilancarkan di beberapa pohon yang bernasib memprihatinkan. Hingga aksi ini, berarti sudah sekitar 200 pohon telah diperiksa kondisinya oleh KTH.

”Padahal masih ada 16 ribuan pohon yang bernasib sama di Surabaya. Maka, kami berharap masyarakat merespon aksi ini dengan beramai-ramai menambah kegiatan kerja bakti dengan mencabut paku. Selain sekadar mencat jalan atau menanam pohon,” kata Aris Sulistiyanto.

Sejauh ini, KTH sudah pernah menyampaikan aksi cabut paku ini kepada Tri Rismaharini, kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. ”Bu Tri mengucapkan terima kasih dan mendukung langkah KTH, karena Dinas Kebersihan dan Pertamanan sendiri belum sampai memikirkan hal itu,” kata Aris.