Hutan Kota Bukan Tempat Mesum

Aktivis Klub Tunas Hijau mengecam ulah sekelompok orang yang memanfaatkan hutan kota sebagai tempat mesum terutama hutan kota di bantaran sungai Kalimas Jl. Ketabangkali (utara gedung WTC Surabaya) dalam aksi damai Minggu, 16 April 2006 sore. Di hutan kota ini sering dijadikan pangkalan para waria pada siang atau malam hari. Selain merusak keindahan kota, menurut mereka, hutan kota bukan untuk tempat mesum.

“Dulunya tempat ini adalah tempat sampah yang kotor. Tapi setelah ditanami pohon hingga menjadi seindah sekarang ini, malah dijadikan sebagai tempat mesum,” ujar coordinator aksi, Afif Amrullah.

Menurut Afif, aksi ini memang tidak langsung ditujukan pada para waria yang kerap mangkal di tempat itu. Aksi ini lebih ditujukan kepada masyarakat agar tidak terpengaruh bujuk rayu para waria yang kerap menggoda para lelaki yang melintas di kawasan itu. Para aktivis itu tidak rela kalau hutan kota yang sudah rimbun itu dijadikan tempat mesum.

Mereka juga menyanyikan yel-yel berbunyi “Hutan kota bukan hutan mesum, lebih baik tanam pohon dari pada tanam kondom”. Mereka juga membentangkan spanduk berbunyi “Dilarang masuk hutan kota kalau sedang berpikiran mesum,” dan “Harga bibit pohon dan harga kondom tidak jauh beda, lebih baik ayo tanam pohon”.

Untuk menarik perhatian pengguna jalan, sejumlah aktivis berpakaian layaknya waria. Mereka menggunakan rambut palsu (wig) dan payudara palsu.

“Dari pengamatan kami, tempat ini kalau malam dijadikan tempat mangkal para waria untuk mencari lelaki hidung belang dan juga kaum homoseksual. Kami berusaha untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup Kota Surabaya,” tutur Afif.

Aksi ini mampu menyedot perhatian pengguna jalan. Sejumlah pengendara mobil terlihat memberi acungan jempol pada aksi mereka.