KTH Ikut Kansai District International Youth Exchange Program di Osaka, Jepang
Aktivis senior Klub Tunas Hijau Mochamad Zamroni mendapat kesempatan ke Osaka, Jepang mengikuti pertukaran pemuda Indonesia – Jepang, 26 Oktober – 8 Nopember 2006. Program pertukaran ini diselenggarakan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan Osaka Prefecture, yang tahun ini bertemakan lingkungan hidup. Bersama empat orang delegasi lain dari Jawa Timur, Zamroni mengikuti serangkaian kegiatan yang bertemakan lingkungan hidup.
Kegiatan yang diikuti selama di Osaka – Jepang bermacam-macam. Ada cooking communication, kunjungan ke arena Osaka World Expo 1970, International Youth Forum, tour sampah dan kunjungan ke beberapa sekolah. Selain itu juga ada kunjungan ke pabrik pengolahan sampah, kunjungan ke pusat kebudayaan Jepang di Kota Kyoto, home stay dan pentas budaya.
Ada kunjungan ke Eco Plaza, yang disitu dipamerkan produk-produk yang semua proses produksinya ramah lingkungan. Produk yang ramah lingkungan hidup ini sangat mudah diketahui oleh konsumen. Cukup melihat ada atau tidaknya logo ramah lingkungan hidup yang berbentuk huruf ‘e’.
Pencantuman label ramah lingkungan pada barang-barang tidaklah mudah. Mengingat ada lembaga independen yang berwenang. Untuk mendapatkan label ramah lingkungan ini produsen barang tidak bisa membeli dengan uang atau menyuap petugas dari lembaga independen yang berwenang. Tapi, label ramah lingkungan ini hanya diberikan pada barang yang benar-benar ramah lingkungan mulai dari proses penyediaan bahan baku, hingga setelah barang tersebut tidak lagi digunakan.
Berbeda dengan di Indonesia yang baru memasyarakatkan logo ramah lingkungan pada tahun 2004, logo ramah lingkungan di Jepang sejak tahun 1970-an sudah disosialisasikan. Sepertinya Jepang banyak mengambil hikmah dari Tragedi Minamata yang pernah terjadi dan menjadi perhatian dunia internasional.
Produk yang sudah berlabel ramah lingkungan juga sangat bermacam-macam. Ada peralatan tulis kantor, sepatu dan perlengkapan olah raga, mesin foto kopi, jam tangan, botol minuman, baju, jaket dan produk kain lainnya serta peralatan dapur. Ada juga produk-produk dari kayu dan hutan.
Pada program International Youth Forum, Tunas Hijau juga berkesempatan menyampaikan presentasi sehubungan dengan sampah dan perilaku masyarakat di Jawa Timur. Pada presentasi ini, Tunas Hijau juga menyampaikan program-program nyata yang telah dilakukan dengan anak-anak dan remaja sebagai pelakunya.
Ada program sangat istimewa pada pertukaran pemuda bertema lingkungan hidup kali ini. Yaitu kunjungan ke Maishima Incineration Plant atau industri sampah di Kota Osaka. Bagaimana tidak, Osaka yang merupakan kota terbesar kedua di Jepang setelah Tokyo tetap menerapkan kepedulian tinggi terhadap lingkungan hidup. Diantaranya sebagian besar sampah yang dihasilkan oleh penduduknya dapat terolah kembali. Diantaranya di Maishima ini, yang mengubah sampah menjadi energi, air dan abu.
Energi yang dihasilkan di Maishima ini selanjutnya dijual pada perusahaan listrik yang ada di Osaka. Sedangkan abu yang dihasilkan dari proses industri atau pembakaran dimanfaatkan untuk reklamasi laut atau membuat daratan baru dari laut. Tentunya kondisi ini sangat berbeda dengan yang diterapkan di kota-kota di Indonesia. Di hampir seluruh kota di Indonesia, sampah hanya ditumpuk di lahan pembuangan akhir. Meskipun, upaya untuk mengurangi sampah yang dibuang ke lahan pembuangan akhir mulai marak dilakukan.
Upaya pengurangan tingkat polusi udara di Osaka dan hampir keseluruhan kota di Jepang juga patut dicontoh. Bagaimana tidak, dengan kemajuan teknologi dan tuntutan pemenuhan kebutuhan yang tinggi, masyarakat Osaka masih sangat familiar dengan bersepeda. Setiap penduduk di Osaka hampir memiliki sepeda. Sepeda di Osaka tidak identik dengan orang yang tidak memiliki kendaraan bermotor atau mobil. Melainkan identik dengan orang yang bepergian dalam jarak dekat. Meskipun bepergian dengan jarak jauh, tapi kalau dilakukan seorang diri, maka tidak jarang masyarakat Jepang menggunakan sarana transportasi umum, khususnya kereta api.