Pelatihan Emotional Spiritual Quotient (ESQ)
Hawa sejuk langsung terasa begitu masuk ruang pelatihan ESQ sesi pemuda yang diadakan di Hotel Trio Indah Malang, Sabtu-Minggu, 18-19 Nopember 2006. Pendingin udara memang disetel rendah, 16 derajat Celcius. Di dalam ruangan itu mengalun lembut musik instrumentalia berjudul Koi, gubahan Kitaro, yang didukung perangkat sound system 5000 watt. Pencahayaan sengaja dibuat redup, sehingga semakin menambah syahdu suasana.
“Mari, pejamkan mata. Mari bicara jujur pada hatimu,” ajak sang trainer, Heydi dengan nada lembut. Pelatihan ESQ hari itu diikuti 70 peserta. Peserta duduk di kursi. Sesekali peserta bersimpuh di karpet tebal, mendengarkan setiap instruksi sang trainer.
Beberapa menit berlalu, terdengar isak tangis di sana-sini. Satu per satu peserta menyampaikan isi hati dengan mikrofon sehingga didengar peserta lain. Sesi pagi itu pun lantas ditutup dengan doa bersama.
Itulah cuplikan suasana pelatihan ESQ. Mochamad Zamroni – aktivis Klub Tunas Hijau berkesempatan mengikuti pelatihan itu atas sponsor dari dokter Prita Muliarini. Metode pelatihan SDM (sumber daya manusia) ini dilakukan dengan perangkat multimedia audiovisual dan dukungan sound system. Setelah beristirahat dua puluh menit, peserta masuk lagi. Kali ini mereka Ronald. Dengan enerjik Ronald meminta peserta meneriakkan yel-yel dengan semangat. Musik pun berubah dengan beat mengentak. Dengan antusias peserta melakukan senam bersama. Alumni pelatihan yang semula duduk di belakang pun maju ke depan memberi contoh gerakan.
Pelatihan ESQ saat itu dilaksanakan dua hari. Selama itu suasana emosi peserta memang berganti-ganti. Terkadang sangat sedih, lalu gembira, atau sangat bersemangat. Satu lagi yang selalu dilakukan setiap berganti sesi, antarpeserta saling bersalaman, merangkul sambil mendoakan peserta yang dirangkulnya.
”Namanya salam semut. Tidak sekadar basa-basi, tapi melatih agar mau berempati dengan orang lain,” kata Heydi. Dalam dua hari itu hampir semua peserta diharapkan sudah saling kenal. Hubungan itu diharapkan berlanjut dalam wadah Forum Komunikasi Alumni ESQ.
Pelatihan tersebut memang didesain sangat memperhatikan hubungan interpersonal. Dimulai dengan menyentuh kesadaran spiritual seseorang. Pelatihan itu juga bukan ceramah agama.
”ESQ adalah pelatihan SDM. Jika di dalamnya ada ayat Al Quran, karena Al Quran bukan untuk orang Islam. Tapi, nilai-nilainya universal untuk semua manusia,” ujar Heydi.
ESQ bersifat independen. Bukan untuk golongan atau kelompok tertentu. ”ESQ seperti oksigen, bisa dihirup semua makhluk,” kata heydi. Dalam konsep ESQ, karakter seseorang manusia ditentukan oleh God Spot (Hati nurani). Namun, God Spot itu sering tertutup oleh berbagai masalah kehidupan. Akibatnya, hati menjadi blind (buta). ESQ memandu menyingkirkan belenggu itu dengan enam langkah yang disebut dengan Zero Mind Process (ZMP).
Di dalam konsep ESQ juga ada learning principle. Prinsip Kaizen (continous improvement) digunakan untuk mengilustrasikannnya. ”Toyota jepang maju pesat dengan Kaizen. Mereka selalu belajar dan belajar, tak pernah puas,” kata Heydi.
Prinsip Kaizen juga dicontohkan dengan kemajuan Jepang dalam memenangkan pertarungan dalam membuat kereta api tercepat di dunia. ”Eropa dan Amerika Serikat saat itu berlomba-lomba membuat kereta api tercepat di dunia. Namun, Jepang dengan prinsip Kaizen, meski tidak mengikuti perlombaan tersebut berhasil menciptakan yang tercepat dengan menggunakan medan magnet. Padahal kutub utara dan selatan atau medan magnet ditemukan oleh orang-orang Amerika,” kata Heydi.