Talkshow Sampah di Radio Kosmonita Malang

Klub Tunas Hijau kembali menjadi narasumber pada talkshow lingkungan hidup yang digelar di Radio Kosmonita Malang, 13 Februari 2007. Talkshow yang digelar setiap Selasa minggu kedua ini pada Februari 2007 mengangkat tema Sampah pada kehidupan masyarakat. Sebagai narasumber pada talkshow ini ialah Nizam Wahyu Ardika – aktivis Klub Tunas Hijau perwakilan Malang.

Pada talkshow berdurasi 60 menit ini, Nizam mengatakan bahwa sampah adalah material sisa dari kegiatan utama yang dilakukan manusia. Nizam juga mengatakan bahwa sampah tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. ”Manusia selalu menghasilkan sampah. Apalagi dalam kehidupan seperti saat ini. Namun, alangkah baiknya kalau kalau jenis sampah yang dihasilkan bukanlah jenis sampah yang berbahaya, melainkan jenis sampah yang dapat didaur ulang atau bahkan jenis sampah organik saja,” kata Nizam.

Jenis sampah organik, menurut Nizam akan mudah membusuk dengan sendirinya menjadi kompos. ”Kompos tersebut lantas bisa kita manfaatkan untuk menambah unsur hara tanaman,” kata Nizam. ”Tetapi berbeda dengan jenis sampah platik,” lanjut Nizam. Jenis sampah platik, menurut Nizam, tergolong jenis sampah non organik yang dapat terurai tanah dalam waktu sekitar 100 tahun. Belum lagi sampah plastik dapat mencemari tanah.

Ada lagi jenis sampah yang menurut Nizam sangat berbahaya. Jenis sampah tersebut adalah stereofoam yang saat ini marak digunakan sebagai pembungkus makanan. Proses pembuatan strefoam, menurut Nizam, dapat menyebabkan menipisnya lapisan Ozon. Jenis sampah ini juga baru terurai dalam tanah setelah lebih dari 150 tahun.

Pada talkshow yang diselenggarakan sekali tiap bulan oleh Nadya Women Center, Radio Kosmonita Malang dan Klub Tunas Hijau ini, Nizam mengatakan bahwa kebiasaan masyarakat kita masih buruk dalam memperlakukan sampah. Mereka cenderung ingin cepat menjauhkan sampah dari dirinya. ”Jarang sekali masyarakat kita yang memikirkan akan kemana dan menjadi apa sampah kita nantinya. Belum lagi kebiasaan masyarakat yang masih sering membuang sampah sembarangan,” kata Nizam.

Sekolah dan rumah menjadi tempat yang strategis untuk mensosialisasikan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya dan menjadikan saku sebagai tempat sampah sementara. Pemilahan sampah organik dan non organik juga sudah waktunya diberlakukan. Tentunya pemilahan yang disertai pengolah lebih lanjut, seperti mengolah sampah organik menjadi kompos dan memberikan atau menjual sampah non organik kepada pemulung.

Dengan banyaknya individu, keluarga atau pihak lain yang mengolah sampah dari sumbernya, menurut Nizam, maka akan dapat memperlambat munculnya gunung atau bukit baru di setiap kota atau kabupaten di Indonesia. Gunung dan bukit yang dimaksud Nizam adalah gunung dan bukit sampah.