Jambore Lingkungan Hidup SDN Claket I, Pacet, Kabupaten Mojokerto
Siswa kelas empat, lima dan enam SDN Claket I, Pacet, Mojokerto berkumpul di halaman dengan peralatan berkemah lengkap. ”Asyik hari ini kita ikut Jambore Study Lingkungan!” sorak Fery dan kawan-kawannya siswa SDN Claket I. Memang ada kegiatan baru di SDN Claket I, yaitu Jambore study lingkungan yang diadakan pada 20-21 Juni 2007. Kegiatan untuk mengisi waktu liburan kenaikan kelas ini diselenggarakan oleh SDN Claket I, Saka Wanabhakti Pacet dan Tunas Hijau. ”Kegiatan ini bertujuan untuk mengajak anak untuk lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup sekitar,” jelas Anang, pembina SDN Claket I.
Sementara itu ditemui secara terpisah, kepala SDN Claket I menjelaskan bahwa bentuk-bentuk kegiatan yang menempatkan anak sebagai subyek kegiatan mutlak diperlukan, terlebih untuk saat ini. Hal ini berhubungan erat dengan kurikulum terbaru yang mengharuskan siswa dan guru lebih kreatif. ”Kegiatan ini berguna untuk membentuk kebiasaan baru yang ramah lingkungan,” terang Fanun, Kepala SDN Claket I.
Kegiatan ini dikemas dengan bentuk kegiatan yang aktif, menarik, dan inovatif. Misalnya, terdapat kegiatan pemutaran film lingkungan hidup Petualangan Ozon. Film ini bercerita tentang bahaya ozon berlubang dan hal-hal kecil yang bisa dilakukan anak-anak untuk melindungi lapisan ozon. Kegiatan ini tidak hanya mendapatkan antusias yang tinggi dari peserta, namun juga dari masyarakat sekitar. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang ikut menyaksikan pemutaran film. Beberapa warga berpendapat bahwa beginilah seharusnya kegiatan untuk anak-anak.
Jambore Study Lingkungan ini menjadi salah satu rangkaian kegiatan lingkungan yang diselenggarakan di SDN Claket I. Dimulai sejak Januari 2007 hingga sekarang Tunas Hijau dan Saka Wanabhakti Pacet memberikan pendampingan pelestarian lingkungan, khususnya dalam hal pelestarian hutan dan sumber air. ”Perilaku dan kebiasaan orang tua membawa dampak pola berpikir anak-anak. Misalnya ibu memasak menggunakan kayu bakar dan bapaknya membawa kayu bakar dari hutan, maka anak-anak berpikir bahwa pohon untuk kayu bakar,” ungkap Fanun di sela-sela kegiatan.