Ajarkan Kepedulian Lingkungan Pada Siswa Baru
Sebagian siswa menganggap MOS (Masa Orientasi Siswa) sebagai kenangan indah. Tetapi tidak sedikt pula yang mengalami betapa sulitnya masa awal sekolah itu. Mulai dari tugas yang banyak, hukuman ketika melakukan kesalahan dan Bimen atau Bimbingan Mental. Tahun ini, tidak sedikit sekolah yang masih menerapkan hal semacam itu. Tapi tidak sedikit pula yang mulai meninggalkan kegiatan yang menegangkan itu. Seperti yang dilakukan oleh OSIS SMA Negeri 5 Surabaya pada Selasa, 17 Juli 2007. Bersama Klub Tunas Hijau, OSIS SMA negeri 5 menyelingi kegiatan MOS dengan mengadakan workshop lingkungan hidup.
Kegiatan yang diikuti oleh seluruh siswa baru yang berjumlah sekitar 300 siswa tersebut membuat suasana MOS lebih bernuansa lingkungan. Pada MOS tersebut, KTH menyampaikan informasi tentang pentingnya keberadaan pohon. Pada awalnya KTH mengajak seluruh siswa baru berpikir tentang keberadaan pohon yang sampai saat ini terus terancam.
KTH juga menjelaskan beberapa fakta pohon. Pada slide tersebut dijelaskan bahwa penggundulan hutan di dunia telah mencapai 33 kali lapangan sepak bola setiap menitnya. Sedangkan di Indonesia, hutan seluas 6 kali lapangan sepak bola ditebang setiap menitnya. Belum lagi salah satu fakta menyebutkan dalam kurun waktu 50 tahun, sebanyak 60 miliar pohon di Indonesia telah ditebang dan Indonesia saat ini hanya memiliki 100 miliar pohon yang hanya bisa bertahan hingga 30 tahun kedepan.
Selain fakta tentang pohon, KTH juga menjelaskan manfaat keberadaan pohon dalam kehidupan. Pada penjelasannya KTH mengkaitkan fungsi pohon dengan keberadaan mata air. Akar pohon juga berfungsi sebagai tempat menyimpan air, yang bisa menyediakan cadangan air hingga kedalaman 20 meter dibawah permukaan tanah.
Selain memberikan penjelasan tentang fungsi pohon sebagai tempat cadangan air, KTH juga menginformasikan akibat tidak adanya pohon yang berpengaruh terhadap terhadap keberadaan air di dunia. Prediksi kondisi lingkungan pada tahun 2070 juga disampaikan pada workshop itu. Disampaikan melalui ’Surat 2070’, dijelaskan betapa sengasaranya kehidupan pada tahun itu. Orang-orang pada saat itu hanya diperbolehkan minum air sebanyak setengah gelas setiap harinya karena keterbatasan sumber air mengingat tidak adanya pohon.
Pada akhir workshop, peserta diajak untuk membuat satu program nyata sebagai aksi penyelamatan lingkungan. Selama 15 menit mereka merapatkan apa yang nantinya akan dilakukan. Akhirnya 300 siswa baru SMA Negeri 5 Surabaya sepakat untuk melaksanakan aksi tanam pohon bareng keesokan harinya. (Adetya ’Black’ Firmansyah)