Sisa Makan Siang pun Langsung Diolah Menjadi Kompos
Usai makan siang, Wahyu (10) nampak kewalahan menerima bungkus kardus makanan yang sudah dibuka oleh teman-temannya, siswa SD peserta workshop Pengelolaan Lingkungan Hidup Sekolah, 29 Juli 2007. Wahyu juga nampak menumpuk semua sedotan sisa makan dalam satu gelas sisa air mineral. Sementara itu Intan (10) juga nampak sibuk mengaduk-aduk sisa makan siangnya dalam sebuah keranjang komposter. Nampak di belakang Intan beberapa anak SD, yang juga peserta workshop, antri berdiri menunggu giliran mengolah sisa makan siangnya dalam keranjang komposter.
Lima menit berselang, ruangan makan AUTO 2000 Jl. HR. Muhammad 73 Surabaya nampak penuh dengan pelajar SMP dan SMA, yang juga peserta workshop. Sejenak setelah semua peserta workshop SMP dan SMA berkumpul di ruang makan, Wahyu dan Intan yang sudah beberapa menit berdiri di salah satu ujung ruangan makan, memberi penjalasan tata cara makan ramah lingkungan hidup.
”Kakak-kakak, kalau minumnya sudah selesai, gelas plastik air minum harap dibuka tutupnya. Lantas gelas-gelas plastik sisa tersebut harus ditumpuk satu dengan yang lain agar tidak menyita banyak tempat dan mudah untuk diolah lebih lanjut,” kata Wahyu, peserta asal SDN Kandangan III Surabaya. Wahyu lantas meminta mereka untuk air sisa minuman untuk dikumpulkan dalam satu wadah dan disiramkan pada pot tanaman yang ada tidak jauh dari ruangan itu. ”Ini perlu dilakukan untuk menghemat setiap tetes air yang ada,” kata Wahyu.
Intan pun lantas melanjutkan penjelasan tata cara makan ramah lngkungan hidup, seperti yang dia dapat dari panitia Tunas Hijau sebelum makan siang. ”Jika ada makanan sisa, makanan tersebut harus dibuang dalam keranjang komposter yang ada di sudut ruangan ini. Pembungkus makanan dari plastik harus ditumpuk sesuai dengan pembungkus plastik lainnya. Kardus makanan harus dibuka dan ditumpuk bersama kardus lainnya,” jelas Intan. Semua peserta workshop SMP dan SMA yang mau makan pun nampak menjelaskan dengan seksama.
Pemilahan sampah menurut jenisnya memang diimplementasikan Tunas Hijau pada peraturan makan ramah lingkungan hidup workshop ini. Hal ini untuk membiasakan mereka memulai budaya ramah lingkungan hidup. Diharapkan pemilahan sampah berdasarkan jenisnya ini dapat segera diterapkan di sekolah masing-masing peserta. ”Sehingga semua sampah yang dihasilkan di sekolah dapat terolah dengan baik berdasarkan jenisnya. Sampah organik diolah menjadi kompos. Sedangkan sampah non organik bisa dijual atau didaur ulang,” kata Diofan, aktivis Tunas Hijau yang menjadi panitia.