Understanding Climate Change Paskibraka Kota Surabaya 2007

Rasa lelah dan jenuh tergambar jelas di setiap wajah, ketika para calon Paskibraka Kota Surabaya 2007 memasuki ruang pertemuan gedung Kwarda Jatim. Maklumlah sejak pagi, mereka sudah berlatih baris-berbaris di lapangan. Tetapi kondisi tersebut malah memberikan tantangan baru bagi para aktivis Tunas Hijau. Dengan canda ringan dan permainan khas Tunas Hijau, suasana langsung berubah 180 derajat. Wajah letih dan ngantuk berubah fresh begitu tim Tunas Hijau memberikan perkenalan awal.

Penyuluhan bertajuk Understanding Climate Change bagi Pasukan Pengibar Bendera Duplikat Pusaka (Paskibraka) Kota Surabaya ini diadakan Minggu, 29 Juli 2007 ini bertujuan untuk memberikan wawasan baru bahwa untuk cinta tanah air tidak hanya dengan mengibarkan bendera saja, namun juga dengan melakukan usaha nyata untuk membuat lingkungan kita jadi lebih baik lagi. Acara yang dimulai pukul 13.00 wib ini diikuti oleh 100 anggota Paskibraka Kota Surabaya 2007.

”Begitu saya sebutkan satu kata, silakan kalian langsung tebak bersama-sama artinya,”kata Sugeng aktivis senior Tunas Hijau. ”Gudang Garam!!!!!” teriak Sugeng. ”Rokok,” tanpa dikomando semua peserta serentak berteriak.

”Jawaban yang kalian berikan menunjukkan bahwa kalian belum berpikir panjang dalam bertindak. Kalau Gudang Garam Surya, itu pasti rokok. Namun saya tadi kan tidak menyebutkan kata ’Surya’nya,” lanjut Sugeng kembali. Serentak para peserta tersipu malu menyadari kesalahannya.

”Saat kita tidak berpikir panjang dalam bertindak, akibatnya sangat fatal sekali bagi lingkungan kita. Seperti dalam sepekan telah terjadi kekacauan iklim di dunia sebagai dampak pemanasan global. Penyebab utamanya adalah para manusia yang tidak berpikir panjang,” kata Sugeng.

”Bagaimana bisa manusia yang menyebabkan semuanya itu?” tanya Kukuh, salah seorang peserta. ”Perilaku manusia yang tidak hemat energi, pembakaran hutan, emisi gas buang kendaraan yang tinggi dan perilaku malas mengolah sampah organik menyebabkan terbentuknya gas CO2 dan metana. Konsentrasi kedua gas tersebut yang berlebih di atmosfer menimbulkan memanasnya suhu bumi. Hal inilah yang menyebabkan perubahan iklim saat ini di dunia. Bahkan di Indonesia sekalipun,” terang Dony, aktivis Tunas Hijau lainnya.

Para peserta yang hadir terlihat terkejut mendengar penjelasan tersebut, karena secara tidak langsung mereka punya kontribusi akan terjadinya semua ini. ”Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah hal itu semakin meluas?” ujar Nita, salah seorang peserta lainnya.

”Dengan menghemat energi listrik, berjalan kaki jika bepergian jarak dekat, mengolah sampah organik menjadi kompos, serta menanam pohon kita sudah melakukan langkah kecil untuk mencegah meluasnya perubahan iklim ini,” jawab Dony.

Ketika acara berakhir pada pukul 16.30 wib, masih terlihat antusiasme mereka untuk lebih tahu tentang perubahan iklim. Ini terlihat dari adanya beberapa anak yang masih membicarakan hal itu dengan beberapa aktivis Tunas Hijau. ”Baru kali ini saya mendapatkan materi lingkungan seperti ini. Banyak sekali manfaat yang bisa dipetik walaupun cuma beberapa jam saja,”  komentar Rina, salah satu anak Paskibraka Kota Surabaya.

Saat satu persatu mereka meninggalkan gedung Kwarda Jatim, muncul semangat baru di setiap hati mereka. Semangat untuk buktikan bahwa sebagai Paskibraka mereka tidak hanya bisa mengibarkan bendera saja, namun juga sanggup melakukan tindakan nyata untuk membuat lingkungan jadi lebih baik. doni