Gerakan Sejuta Pohon Perlambat Perubahan Iklim

Perubahan Iklim benar-benar menyita perhatian publik saat ini, mulai komunitas yang ahli dalam hal tersebut sampai kalangan masyarakat biasa di seluruh dunia. Fenomena alam yang terjadi akhir-akhir ini membuat banyak sekali masyarakat resah. Diantaranya banjir terburuk selama kurun waktu 60 tahun di Inggris sampai peristiwa suhu terpanas yang dialami oleh Tiongkok. Fenomena ini tidak lepas dari aktivitas manusia abad 21 yang cenderung mengesampingkan keberadaan lingkungan.

Terkait dengan perubahan iklim, akhir-akhir ini banyak sekali aktivitas yang dilakukan oleh komunitas pecinta lingkungan hidup untuk menghimbau kepada masyarakat luas agar berperan aktif dalam menghambat terjadinya akibat buruk yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. Seperti yang dilakukan oleh jajaran Kecamatan Genteng Surabaya, yang menggelar sosialisasi Gerakan Sejuta Pohon Perlambat Perubahan Iklim Kamis, 22 Agustus 2007.

Dengan menghadirkan 42 siswa SMA Negeri 1 Surabaya, Kecamatan Genteng bersama Klub Tunas Hijau, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Surabaya berbagi informasi tentang perubahan iklim. Pada sosialisasi ini, KTH lebih banyak memberikan gambaran tentang perilaku ramah lingkungan sebagai upaya menghambat datangnya perubahan iklim. Seperti yang disampaikan aktivis KTH Aris, guna menghambat datangnya perubahan iklim ada beberapa cara yang mudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya efisiensi perabotan rumah tangga yang menggunakan energi listrik, mengolah sampah basah menjadi kompos, berjalan kaki jika berpergian jarak dekat dan menanam pohon.

Perilaku ramah lingkungan tersebut, terang Aris, sangat membantu upaya mengurangi panas yang menyelimuti bumi. Seperti mematikan perabotan rumah tangga yang menggunakan energi listrik dapat mengurangi jumlah CO2 yang keluar ke udara. Mengingat setiap 10 kilowatt energi listrik yang digunakan, maka terdapat 940 gram CO2 yang dihasilkan. Belum lagi dengan mengolah sampah basah menjadi kompos bisa mengurangi jumlah gas metana yang keluar ke udara. Sementara itu, diketahui bahwa gas metana dapat menghasilkan panas 20 kali lebih tinggi dari CO2.

KTH juga memberikan salah satu upaya terbaik guna menghambat datang perubahan iklim, yakni menghutankan lahan kosong di sekitar. Upaya ini tidak lain adalah menanam pohon sebanyak mungkin. KTH juga menjelaskan, manfaat pohon yang menjadi faktor vital kelangsungan kehidupan. ”Selain menghasilkan O2 yang dibutuhkan untuk bernafas, pohon juga berfungsi sebagai tempat cadangan air selama musim kemarau,” terang Afif.

Sosialisasi ini merupakan salah satu upaya nyata yang dilakukan oleh Kecamatan Genteng untuk menyuarakan pesan menanam pohon kepada masyarakat Surabaya, khususnya pelajar sebagai aksi nyata kepedulian mereka terhadap pelestarian lingkungan. (Adetya ’Black’ Firmansyah)