Kurangi Sampah, Kandaga Minta Siswa Bawa Alat Makan dan Minum Dari Rumah

Kepala SDN Kandangan III (Kandaga) Sumiatun nampak menegur salah seorang siswanya yang sedang minum dengan menggunakan kantong plastik dan sedotan. ”Kok minum tidak menggunakan gelas yang kamu bawa dari rumah. Mengapa?” tanya Sumiatun pada salah seorang siswa. Siswa itu pun menjelaskan kalau dia lupa tidak membawa peralatan makan dan minum dari rumah. ”Tadi lupa tidak bawa piring dan gelas dari rumah, Bu,” jawab si anak. Mendengar jawaban itu, Sumiatun meminta si anak tidak lagi lupa membawa peralatan makan dan minum dari rumah pada mulai Senin berikutnya.

SDN Kandangan III memang berbeda dengan SDK Santa Theresia I Surabaya, sekolah Adiwiyata Nasional dari Kota Surabaya. SDN Kandangan tidak bisa mengharuskan kantin berjualan makanan dengan bungkus daun pisang yang ramah lingkungan, seperti di SDK Santa Theresia I. Kantin Kandaga juga tidak sanggup melayani seluruh siswa pada saat istirahat, karenanya banyak pedagang kaki lima (PKL) makanan dan minuman di depan sekolah dibiarkan berjualan saat istirahat.

PKL ini menjual beraneka macam hidangan. Mie, batagor, es sirup, es sari dele, pentol, cireng, soto ayam, lontong balap dan telur dadar mini dijual di depan sekolah. Belum lagi jajanan seperti chiki. Semua jajanan itu dijual dengan menggunakan kantong plastik, sedotan dan bahkan stereofoam. Padahal kantong plastik yang dibiarkan menumpuk di tanah, akan mulai hancur setelah 50 tahun. Apalagi stereofoam yang proses pembuatannya masih menggunakan bahan perusak ozon dan setelah menjadi sampah juga tidak dapat terurai secara alami.

Meski pemilahan sampah mulai dilaksanakan oleh siswa di Kandaga, mereka pun kewalahan dengan jenis sampah plastik yang terus menumpuk setiap harinya. Setiap hari Kandaga menghasilkan sampah plastik sebanyak 3 kardus air mineral. Sampah plastik ini belum termasuk plastik yang sudah tercampur saos dan kecap, karena siswa merasa jijik untuk memisahkannya. Dalam waktu seminggu saja Kandaga sudah kewalahan menempatkan sampah plastik yang sudah dipilah. Dengan latar belakang itu Kandaga meminta para siswanya membawa alat makan dan minum sendiri dari rumah.

Terobosan peraturan yang mulai diberlakukan di SDN Kandanga III mendapat sambutan Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Surabaya Togar Arifin Silaban. Selesai berkunjung ke SMAN 11, Togar pun menyempatkan diri mengunjungi Kandaga dan berdialog dengan beberapa siswa yang tergabung dalam tim lingkungan. Ketika memasuki depan sekolah, Togar nampak kagum dengan beberapa siswa yang membeli pentol dan jajanan lainnya dengan membawa piring yang dibawa dari rumah. Begitu juga saat melihat seseorang siswa sedang minum di salah satu kelas dengan menggunakan gelas yang dibawa dari rumah. (*)