Pengorbanan Yang Membuahkan Hasil
Tidak pernah terpikir dalam benak Galih, siswa kelas XI SMA Negei 11 Surabaya, untuk menangani permasalahan lingkungan di sekolah. Mulai menyiram semua pepohonan hutan sekolah hingga mengumpulkan sampah dilakukan Galih. Bukan hanya Galih yang menangani lingkungan hidup di sekolah, tapi juga ada 12 siswa lainnya yang ikut ambil bagian.
Sejak 1 Agustus 2007, ketiga belas siswa SMA Negeri 11 Surabaya yang tergabung dalam Tim Lingkungan Hidup ini memulai aktivitasnya untuk mewujudkan SMA Negeri 11 Surabaya berbudaya lingkungan. Setiap hari, sepulang sekolah maupun saat istirahat, tim ini melakukan beragam aktivitas. Mulai menyiram tanaman, mengumpulkan sampah, memilah sampah, mengolah sampah sisa makanan dan daun menjadi kompos dan membuat taman.
Tim ini terbagi menjadi 2 kelompok, yakni kelompok putra yang lebih fokus pada permasalahan sampah, sedangkan kelompok putri lebih fokus pada penghijauan sekolah. Kedua kelompok ini sudah banyak melakukan upaya untuk mengurangi permasalahan lingkungan di sekolah. Diantaranya memilah sampah menjadi 6 jenis, yaitu sisa makanan, sampah kertas, sampah kertas minyak, sampah gelas dan botol air mineral dan sampah kantong plastik.
Selain melakukan upaya-upaya nyata untuk memperbaiki kualitas lingkungan sekolah, ini juga merumuskan kebijakan sekolah tentang lingkungan hidup. Seperti, kebijakan yang melarang siswa untuk membeli makanan dan minuman berbungkus plastik, membuat jadwal piket lingkungan.
Yang menjadi sorotan saat ini adalah kebijakan melarang kelas yang membuka stan bazar untuk menjual makanan dan minuman dengan menggunakan bungkus plastik dan sedotan. Perlu diketahui, pada 18 Agustus 2007, SMA Negeri 11 Surabaya, dalam rangka peringatan HUT Republik Indonesia ke-62 akan mengadakan bazar yang diikuti seluruh kelas. Kebijakan untuk tidak menggunakan sampah plastik mendapat dukungan penuh pihak sekolah. Bahkan, jika ada stan yang melanggar, maka sekolah akan memberikan sangsi.
Banyak yang dikorbankan tim ini untuk dapat mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan. Mulai dari waktu, tenaga hingga korban perasaan mereka rasakan. Seperti yang dialami Fitri, salah satu anggota tim. Siswa kelas XI ini menceritakan bahwa pada awalnya banyak teman-teman sekelas yang mengejek sebagai petugas kebersihan. Sampai-sampai banyak yang yang bertanya, “Dibayar berapa oleh sekolah?” (Adetya ’Black’ Firmansyah)