Susah Senang Jadi Pejuang Lingkungan SMP Negeri 26 Surabaya
Dengan sisa tenaganya, Sam bersama ketiga temannya memasuki areal parkir belakang SMP Negeri 26 Surabaya. Sesampai di areal parkir belakang, keempat siswa SMP Negeri 26 Surabaya tersebut segera mengembalikan 2 gerobak sampah. Capek, panas dan haus itulah yang tersirat dari raut muka mereka. Sesekali Sam yang perawakannya lebih tinggi mengusap dahinya yang penuh keringat dengan menggunakan kaos seragam sekolah yang melekat di tubuhnya. Begitulah kiranya aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh Tim Lingkungan Hidup SMP Negeri 26 Surabaya dalam mewujudkan mimpi mereka, sekolah peduli berbudaya lingkungan hidup.
”Capek Mas. Tempat penampungan sementara sampah terdekat jaraknya 3 kilometer dari sekolah,” ujarnya kepada aktivis Tunas Hijau. ”Tapi gak apa-apa, yang penting impian saya tercapai,” lanjutnya lagi seraya beranjak dari tempat duduk menuju arah teman-temannya yang lagi asyik dengan sampah.
Sejak 1 Agustus 2007, SMP Negeri 26 Surabaya memiliki 15 anak yang tergabung dalam Tim Lingkungan Hidup SMP Negeri 26 Surabaya. Tim ini dibentuk oleh Klub Tunas Hijau untuk mengelola permasalahan lingkungan hidu yang ada di SMP Negeri 26 Surabaya. Sejak itulah, kelima belas siswa-siswi tersebut menemui banyak kejadian yang terkadang sangat menggelitik, tapi terkadang pula menyakitkan. Seperti yang dialami oleh Dini.
Berawal dari kebiasaan tim yang setiap pulang sekolah selalu mengumpulkan sampah sekolah, yang rata-rata volumenya 2 gerobak sampah besar setiap hari. Pada saat tim sedang memilah sampah sekolah, tiba-tiba ada siswa SMP Negeri 26 yang sengaja membuang sampah sembarangan di depan mata tim. Sambil membuang sampah sembarangan, oknum siswa ini seraya berkata, ”Tolong buangkan!!”
Sungguh pengalaman yang tidak menyenangkan untuk diceritakan. ”Di satu sisi kami berusaha agar sampah yang ditimbun di belakang sekolah tidak semakin banyak. Di sisi lain semua siswa bahkan warga sekolah selalu saja membuang sampah di halaman belakang. Sehingga tumpukan sampah semakin banyak,” ujar Dini sambil tangannya menunjuk ke suatu lahan yang banyak sekali sampah yang tercecer disana. Tim pun menjuluki lahan penumpukan sampah di belakang sekolah sebagai gudang sampah SMP Negeri 26 Surabaya.
Lain lagi dengan yang dialami Irene, siswa kelas VIII. Irene mendadak emosinya meluap-luap saat ia diledek ’Pasukan Kuning’ oleh teman-temannya. ”Kalau tidak dilerai oleh teman saya, uhhh…..sudah saya cakar wajahnya,” ujarnya. Tidak hanya sekali dua kali kejadian menyakitkan yang dialami oleh Tim Lingkungan Hidup SMP Negeri 26 Surabaya. Bahkan mungkin setiap harinya mereka mengalami kejadian-kejadian seperti itu.
Tidak hanya kesedihan yang dialami oleh tim. Mereka juga mempunyai banyak pengalaman lucu. Kebiasaan mereka yang setiap harinya memilah sampah, yaitu sampah sedotan, sampah sendok plastik, gelas serta botol air mineral membuahkan hasil lumayan banyak. Bahkan sedotan terkumpul hingga 2 kantong plastik besar. Semua anggota tim sepakat akan menjual sampah-sampah tersebut ke pengepul barang bekas. Dari banyaknya jumlah sampah yang dibawa, mereka pun berharap sampah-sampah tersebut menghasilkan uang yang banyak.
Singkat cerita, ternyata sampah plastik yang mereka kumpulkan hanya laku beberapa jenis. Uang yang didapat pun hanya sebesar Rp. 6.000,- rupiah saja. ”Dapatnya hanya enam ribu rupiah, tapi yang mengantar seperti orang arak-arakan mau nikah,” ujar Tiqfar, sambil tertawa. ”Kami senang karena sampai sekarang sudah bisa mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan oleh teman-teman sekolah kami,” ujar Anisah sambil berharap apa dilakukan tidaklah sia-sia. (Adetya ’Black’ Firmansyah)