Workshop ‘Pelajar… Perusak atau Penyelamat Lingkungan’
Samar-samar terdengar canda tawa siswa SMP Negeri 26 Surabaya yang berasal dari Ruang Laboratorium Biologi pada Rabu, 31 Juli 2007. Ternyata di ruangan yang berukuran 10 x 8 meter sedang digelar workshop‘Sekolah Berbudaya Lingkungan Hidup’ Tunas Hijaubersama OSIS SMP Negeri 26 Surabaya. Workshop lingkungan yang digelar tersebut adalah workshop lanjutan 29 Juli 2007 di AUTO 2000 HR Muhammad Surabaya. Workshop lanjutan ini diadakan dengan tema ‘Pelajar… Perusak Atau Penyelamat Lingkungan?’
Workshop yang diikuti 135 siswa dari 5 siswa perwakilan masing-masing kelas ini dilaksanakan 3 (tiga) sesi. Pada sesi pertama pukul 07.00-09.00 workshop diikuti oleh 45 siswa kelas VII. Pada sesi kedua pukul 09.00-11.00 workshop diikuti oleh 45 siswa kelas VIII dan pada sesi terakhir pukul 11.00-13.00 diikuti oleh 45 siswa kelas IX.
Pada workshop kali ini, Tunas Hijau yang diwakili oleh empat aktivis remaja, lebih banyak membahas perilaku siswa terhadap lingkungan di sekolah. Melalui beberapa foto ketidakpedulian pelajar terhadap lingkungan, Tunas Hijau memberikan pemahaman bahwa kebanyakan perilaku pelajar cenderung merusak lingkungan. Salah satu foto perilaku tersebut menggambarkan seorang siswa SMA yang secara sengaja menancapkan tutup botol bekas minumannya ke batang pohon.
Pelajar Surabaya, jelas koordinator dari KTH Afif, kebanyakan sudah tidak peduli terhadap kondisi lingkungan hidup, terutama lingkungan sekolah. ”Kebanyakan dari mereka sedih jika mendapat nilai ulangan yang buruk, tapi mereka tidak pernah sedih jika lingkungan sekolah mereka buruk ataupun kotor,” ujar Afif. KTH juga menampilkan kondisi sekolah-sekolah yang sudah membudayakan perilaku ramah lingkungan. Diantaranya SMA Negeri 5 Malang, yang hampir setiap kelas mempunyai taman bunga.
KTH juga mengajak siswa peserta workshop tersebut untuk survei kondisi lingkungan sekolah mereka. Berbekal buku serta alat tulis, peserta tersebut berlagak menjadi seorang peneliti yang sudah ahli. Selama 10 menit, mereka mencari permasalahan lingkungan yang ada di sekolah. Setelah itu, KTH mengajak peserta untuk membuat satu solusi bersama yang akan dilaksanakan guna mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan hidup.
Organisasi yang mendapat Surabaya Academic Award 2004 kategori pemerhati lingkungan hidup ini juga membahas tentang perubahan iklim. Pada sesi pembahasan perubahan iklim, KTH juga memutarkan film tentang dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim diantaranya banjir yang melanda beberapa negara di dunia, kekeringan yang menyebabkan kesulitan mendapat air minum serta musnahnya beberapa satwa akibat kebakaran hutan. KTH juga menyinggung kebiasaan manusia yakni pemborosan penggunaan energi listrik. ”100 kilowatt energi listrik yang digunakan bisa menimbulkan 9,8 kilogram CO2,” ujar Nizam, aktivis KTH.
Workshop yang digelar di SMP Negeri 26 ini merupakan rangkaian kegiatan program Sekolah Berbudaya Lingkungan Hidup. Program ini merupakan gagasan KTH bersama AUTO 2000 Sungkono, Harian Pagi Surya dan Pemerintah Kota Surabaya. (Adetya ’Black’ Firmansyah)