Diklat Lingkungan Hidup Paskibra SMA Hang Tuah 1 Surabaya Yang Menyenangkan

Dusun Mligi, Claket, Mojokerto menjadi tempat yang kesekian kalinya untuk pelatihan dan workshop bagi remaja-remaja dari Surabaya. Tiga hari ini, 26-28 Oktober, misalnya, dua belas siswa SMA Hang Tuah 1 Surabaya yang tergabung dalam Pasukan Pengibar Bendera SMA Hang Tuah 1 Surabaya (Kibrahasa) melaksanakan diklat bagi anggota baru. Seperti diklat-diklat sebelumnya, diklat ini sarat dengan muatan pelestarian lingkungan hidup. Ini didasari oleh pentingnya mengajak sebanyak mungkin orang untuk bersikap ramah terhadap lingkungan hidup.

Sedikit berbeda konsep yang telah disiapkan untuk diklat lingkungan bagi SMA Hang Tuah 1, seluruh peserta diberikan tantangan demi tantangan yang mengarah pada kemauan untuk melakukan tindakan nyata. Lebih difokuskan lagi tujuan tindakan-tindakan ini untuk menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik, meskipun untuk orang lain.

Kegiatan diawali dengan penentuan kontrak belajar, dimana disepakati hal-hal yang harus dilakukan dan dilarang selama proses diklat. Kontrak belajar ini dilaksanakan dengan cara demokrasi antar peserta sendiri. Beragam poin kontrak tertulis di selembar kertas karton. Diantaranya, tidak membuang sampah sembarangan, membiasakan memilah sampah, sopan terhadap penduduk dusun dan masih banyak lainnya.

Sesi kegiatan malam diisi dengan pemahamanGlobal Warming dan Perubahan iklim, yang disampaikan lewat audio visual, dilanjutkan dengan sesi rencana tindak lanjut yang akan diterapkan keesokan harinya. Pada sesi ini peserta menetapkan beberapa tindakan yang akan dilakukan esok hari.

Diantaranya tindakan yang dilakukan adalah bersih-bersih dengan mengambil sampah plastik yang terserak di seputar Dusun Mligi. Peserta juga menentukan rumah Mbok Darmi sebagai sasaran bedah rumah karena merupakan penduduk paling kekurangan di Dusun Mligi. Selain tidak mempunyai suami dan anak, MbokDarmi juga mengalami gangguan pendengaran.

Selesai beraktivitas pagi hari, seluruh peserta terlihat sudah bersiap untuk melaksanakan  tindakan yang telah direncanakan sebelumnya. Beberapa peserta terlihat meminta karung kepada penduduk sekitar. Sejenak kemudian mereka berkeliling Dusun Mligi untuk memungut sampah plastik yang berserakan. Di luar pantauan pemandu kegiatan, peserta juga melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya sampah plastik dan cara pengurangan sampah plastik.

Satu hal yang dapat diambil hikmahnya pada kegiatan kali ini, bahwa dalam proses belajar perlu dikembalikan pada keadaan yang manusiawi, dimana anak-anak dan remaja adalah generasi yang penuh potensi dan kelebihan masing-masing, meski diantara kelebihan mereka adalah terlalu banyak mempunyai kekurangan. Tinggal bagaimana kita mengenali dan mengarahkan mereka. Bukan sebaliknya mereka generasi kosong dan bodoh, yang harus diisi dan diisi lagi dengan berbagai pengetahuan, tanpa mau peduli apakah mereka menikmati dan merasa senang. (dab/roni)