Kesederhanaan Dalam Kebersamaan Fieldtrip CCCC 2007 Mligi (Bagian 2)

Banyak kasak-kusuk yang sering terdengar dari seluruh panitia CCCC (Children Conference on Climate Change) 2007. ”Jam piro rombongane tekan Claket. Saiki wis tutuk ngendi? (Jam berapa rombongan peserta datang. Sekarang sudah sampai dimana?)” adalah kasak-kusuk yang sering terdengar diantara panitia CCCC Fieldtrip Hutan dan Sumber Air di Desa Claket.

Beberapa menit kemudian, kesibukan persiapan kegiatan yang dipusatkan di SDN Claket I dan Dusun Mligi ini dipecahkan dengan raungan sirene mobil patroli dan pengawalan (Patwal) Polwiltabes Surabaya. Kontan saja membuat seluruh panitia berhamburan untuk mempersiapkan kegiatan, terutama petugas keamanan yang sibuk mempersiapkan lokasi parkir kendaraan.

Antusias masyarakat semakin tumpah ke jalan, sewaktu rombongan peserta mulai turun dari bus dan berjalan menuju SDN Claket I.  Delegasi CCCC dari Rusia, Australia, Malaysia dan Papua ternyata menarik perhatian masyarakat. Mungkin bisa dimaklumi, belum pernah ada kegiatan serupa di Desa Claket. ”Wah bulene dwuwur tenan yo (wah, orang dari luar negeri tinggi sekali badannya),” gumam beberapa warga saat menyaksikan beberapa delegasi berjalan memasuki lokasi pembukaan.

Memasuki halaman SDN Claket I, rombongan CCCC disambut barisan anak-anak dengan lambaian tangan dan nyanyian lagu Selamat Datang. Suasana pun terlihat akrab dan bersahabat dengan berjabat tangan, meski sapaan ”Selamat Datang di SDN Claket I” atau ”how are you today!!” tidak bisa saling dipahami. Kegiatan dibuka oleh Hedy, asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Hutan.

Dalam sambutannya Hedy menyampaikan pesan tentang pentingnya pendidikan lingkungan berbasis pelestarian hutan untuk anak-anak, terutama usia sekolah dasar. Sambutan unik disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kab. Mojokerto Achmad Djazuli. Dalam sambutan yang disampaikan dengan berpantun ria, pria yang dikenal humoris itu mengajak anak-anak untuk mulai melakukan tindakan penyelamatan hutan. ”Caranya dengan melakukan pembibitan dan penanaman pohon,” kata Achmad Jazuli.

Tidak ketinggalan juga penampilan kesenian setempat Bantengan, yang dibawakan siswa kelas V SDN Claket I mampu memberikan hiburan bagi seluruh peserta CCCC. Sesi presentasi inovasi lingkungan disampaiakan bergantian oleh beberapa delegasi. Diantaranya delegasi Russia. Dengan menggunakan musik rapp (nge-rapp), delegasi Rusia mengajak untuk lebih peduli pada kelestarian hutan. Penampilan presentasi delegasi Rusia tentu saja menarik perhatian semua yang ada.

Selesai ber presentasi, tepuk tangan panjang pun terdengar dari semua didepan panggung, hal yang menandakan terima kasih atas penampilannya, atau malah kebingungan, berusaha mencerna makna lagu rapp yang dinyanyikan dalam bahasa Russia.

Acara dilanjutkan dengan penanaman pohon persahabatan. Pada penanaman ini seluruh delegasi menuju halaman samping SDN Claket I. Seluruh peserta dan panitia saling membantu untuk melakukan penanaman pohon, mengingat lahan yang ditanami mempunyai kemiringan tinggi. Penanaman perdana dilakukan oleh Hedy dari kementrian lingkungan hidup, Djazuli dari Diknas Mojokerto, Eka dari Perhutani KPH Pasuruan, serta Elly dari Millenium Kids Australia.

Hal unik pun terjadi disini. Pada saat menanam, Elly kebingungan menggunakan cangkul. Dengan sigap ketiga bapak-bapak yang ada di sebelahnya berusaha membantu secara bersamaan. Mungkin bisa dimaklumi, di negara asalnya, Australia, cangkul sudah tidak digunakan atau memang cangkul tidak ada di Australia.

Selesai penanaman pohon persahabatan, seluruh delegasi berjalan kaki menuju Dusun Mligi yang berjarak 400 meter dari lokasi. Jarak yang ditempuh sebenarnya dekat. Tapi begitu menguras tenaga karena jalan yang mendaki. Setibanya di Dusun Mligi, seluruh peserta segera menuju rumah-rumah penduduk dengan dipandu panitia. Makan siang pun dilakukan bersama penduduk dengan menu sehari-hari penduduk Dusun Mligi.

Selesai makan siang kegiatan dilanjutkan dengan Fieldtrip. Di halaman Masjid Dusun Mligi seluruh delegasi telah bersiap dalam empat kelompok besar. Dipandu oleh siswa-siswi SMAN I Pacet, setiap kelompok menuju lokasi yang berbeda. Kelompok I menuju lokasi pembibitan tanaman lindung. Di lokasi ini peserta belajar tentang prosen persemaian, perawatan bibit tanaman produksi.

Kelompok II menuju ke sumber air alami Air Terjun Grenjengan. Di lokasi ini peserta diajak untuk melihat sumber air artesis yang keluar dari sela-sela bebatuan. Kelompok ini juga menerima penjelasan tentang hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Selain itu peserta juga diajak untuk meminum langsung air tersebut. Berbeda dengan kelompok lainnya, kelompok II mengunjungi  peternakan sapi perah, yang menjadi mata pencaharian penduduk Dusun. Selain itu juga peserta mencoba proses pemerahan susu sapi. Kelompok II juga mengenal fungsi peternakan yang dapat meningkatkan hasil pertanian melalui penggunaan kotoran sapi perah sebagai pupuk tanaman.

Di kelompok terakhir, peserta mengunjungi areal pertanian organik, yaitu kebun wortel. Dijelaskan juga pada peserta bahwa areal pertanian di Dusun Mligi merupakan areal pertanian organik. Di pertanian ini untuk penyubur tanaman digunakan pupuk kandang yang berasal dari peternakan sapi perah.

Keceriaan peserta bertambah peserta semakin bertambah, ketika peserta diajak untuk memanen wortel untuk dibawa pulang. Pemandangan langka pun segera terlihat. Anak-anak nampak bersuka ria di lahan pertanian, berusaha mendapatkan wortel sebanyak mungkin.

Kegiatan fieldtrip Hutan dan Sumber Air telah terlaksana. Diantara semua pendukung, pelaksana, dan peserta kegiatan, telah belajar untuk saling mengerti dan memahami lingkungan hidup meski perbedaan asal, adat dan kebudayaan melatarbelakangi. Telah dikunjungi culture pedesaan. Telah ditanam pohon persahabatan antar daerah dan negara. Telah diketahui cara pembiakan bibit pohon pelindung. Telah diminum air segar belum tercemar dan susu asli penuh dengan nutrisi. Telah dibawa pulang wortel penuh gizi tanpa pestisida dan pupuk kimia yang meracuni.

Semoga kita semua bisa belajar memahami dan bertindak arif terhadap lingkungan, bukan hanya untuk kehidupan generasi sekarang dan saat ini, tetapi juga untuk masa depan generasi nanti. (geng)