Siswa SD Survei Karbon Ke Rumah Penduduk

Berbagai pertanyaan polos dilontarkan pada anak-anak SD tentang isu karbon. “Ibu memasak pakai kompor atau pakai kayu bakar? Kalau memakai kayu bakar, berapa yang dibutuhkan setiap harinya? Ibu tahu nggak manfaat pohon?” Begitulah pertanyaan-pertanyaan polos yang dilontarkan siswa SDN Claket I Pacet, Mojokerto ketika melaksanakan survei karbon ke rumah-rumah penduduk sekitar. Survei karbon merupakan salah satu cara pembelajaran untuk mengajak siswa mengetahui kenyataan yang terjadi di masyarakat tentang isu karbon.

Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, hari ini (12/11), SDN Claket I, Pacet, Mojokerto menjadi tempat pelaksanaan kegiatan CCCC Road To School, salah satu kegiatan yang diselenggarakan Tunas Hijau bersama Saka Wanabhakti BKPH Pacet dalam rangka menyambut CCCC (Children Conference on Climate Change) di Surabaya, 26-30 November 2007. “Roadshow ini dilaksanakan serentak di tiga kota, yaitu Surabaya, Malang, dan Mojokerto,” kata Dony Kristiawan, aktivis Tunas Hijau, yang  bertanggungjawab road show Mojokerto.

Pada survei karbon ini, siswa diajak untuk melakukan penghitungan sederhana antara jumlah gas karbon yang dihasilkan dari aktifitas di tiap rumah dibanding dengan usaha masyarakat untuk mengurangi gas karbon itu sendiri. Nasihat dan ajakan polos anak-anak pun terlontar untuk lebih peduli pada kelestarian lingkungan manakala mereka mendapatkan jawaban dari warga yang masih menggunakan kayu bakar dan tidak pernah menanam pohon.

Tak ayal lagi, banyak warga yang terheran-heran dengan tingkah polah anak-anak ini. ”Wah..wah…, baru kali ini saya dinasehati anak-anak. Ya kaget Mas. Tidak biasanya mereka keliling dusun seperti ini. Tapi bagus juga untuk melatih keberanian anak,” komentar seorang warga ketika ditanya pendapat tentang kegiatan ini. Nining, siswa kelas 5, misalnya, yang menasihati untuk berhenti memakai kayu bakar. Nining juga menerangkan singkat tentang pemanasan global kepada Sumiyati, seorang ibu rumah tangga. Di akhir kegiatan, para siswa mempresentasikan temuan-temuannya secara bergantian tiap kelompoknya.

Pada kegiatan ini siswa SDN Claket I diajak untuk lebih memahami tentang perubahan Iklim (Climate Change). Para siswa SD itu juaga diajarkan tindakan-tindakan yang dapat memperlambat perubahan iklim. Tentu saja, materi disampaikan dengan cara-cara yang menyenangkan sesuai dengan kapasitas anak-anak usia sekolah dasar. Memang dalam pelaksanaan kegiatan, materi yang diberikan disampaikan dengan metode fun game.

Perubahan iklim, misalnya, disampaikan dengan menggelar permainan ular tangga lingkungan hidup seri perubahan iklim. ”Adik-adik lebih mudah mengerti tentang perubahan iklim dengan cara bermain ular tangga seperti ini,” jelas Andjar, siswi kelas XI Madrasah Aliyah Pacet di sela-sela memandu permainan ulartangga raksasa. (dab/ron)