Siswa Sepakat Untuk Mengurangi Sampah Plastik Di Sekolah

Suara lantang aktivis Tunas Hijau Sugianto terdengar di ruangan kelas IV. ”Ayo….. siapa yang tahu berapa lama plastik dapat terurai? Yang bisa menjawab mendapatkan stiker lho,” tanya Sugianto yang dengan segera disambut angkat tangan serempak siswa SDN Claket II, Pacet, Mojokerto. Anak-anak itu saling berebut ingin menjawab pertanyaan. Beginilah suasana pelaksanaan CCCC Road to School, kegiatan yang dihelat Tunas Hijau bersama Saka Wanabhakti BKPH Pacet, 13 Nopember 2007. CCCC Road to School itu digelar dalam rangka menyambut CCCC (Children Conference on Climate Change) di Surabaya, 26-30 November 2007 mendatang.

Berbeda dengan pelaksanaan di SDN Claket I,Road to School ini mengambil tema mengurangi penggunaan sampah plastik. Tentu saja pelaksanaannya pun berbeda dari sebelumnya. Diawali dengan penjelasan tentang plastik, kegiatan dilanjutkan dengan permainan lempar hullahop. Dipandu oleh aktivis-aktivis Saka Wanabhakti Pacet, peserta dibagi menjadi empat kelompok yang dibekali dengan satu hullahop untuk setiap kelompoknya.

Setelah mendapatkan penjelasan dari pemandu kelompok, tiap kelompok melakukan aktifitas. Terlihat tiap-tiap kelompok melempar hullahop. Ketika hullahop mereka mendarat, mereka segera berkumpul mengitari hullahop dan mengorek-ngorek tanah di dalam lingkaran hullahop. ”Bungkus permen. Eh ini sedotan dan semut lima ekor,”  teriak anak-anak bersahutan antar kelompok satu dengan yang lain.

”Kami sedang menghitung berapa jumlah sampah plastik dan jumlah mahluk hidup yang ada dalam lingkaran hullahop,” jelas seorang siswa ketika ditanya aktifitas yang dilakukan. Senada dengan penjelasan anak-anak, salah satu aktivis Saka Wanabhakti mengungkapkan bahwa setiap kelompok harus melakukan tiga kali lemparan di tempat yang berbeda.

Mereka lantas diminta menghitung jumlah sampah plastik dan mahluk hidup yang ada dalam lingkaran pada setiap lemparannya. ”Permainan ini mengajak peserta untuk memahami sebab akibat dari sampah plastik yang dibuang sembarangan. Aktivitas ini untuk memberikan pemahaman baru kepada para siswa tentang sampah plastik,” ungkap Saifullah, aktivis Saka Wanabhakti Pacet.

Tidak meleset dari ungkapan Saifullah, memang sesi presentasi dan interaktive terlihat ramai sekali. Apalagi ketika kelompok lain diperbolehkan melontarkan pertanyaan. Ada juga beberapa peserta yang langsung memberikan jalan keluarnya. Kartika misalnya, siswa kelas V ini mengusulkan untuk melarang penjual makanan menggunakan bungkus plastik di sekolahnya.

Lain Kartika lain pula pendapat Bagus. Siswa kelas IV ini mengusulkan agar anak yang membuang sampah sembarangan dihukum saja biarkapok. ”Kalau membersihkan halaman sekolah itu sulit, ya jangan buang sampah sembarangan dong biar gak dihukum,” saran Bagus dengan nada tinggi.

Kegiatan ini menghasilkan kesepakatan siswa yang akan dilaksanakan setiap harinya di sekolah. Kesepakatan itu diantaranya:

1. Berusaha sebisa mungkin untuk tidak membeli makanan dalam wadah plastik sekali pakai

2. Memungut sampah yang tercecer meskipun itu bukan sampahnya

3. Mengingatkan orang lain untuk mengurangi penggunaan plastik

4. Minum es tanpa sedotan (dab/ron)