Terapkan Pengetahuan Pemanasan Gobal, Survei Karbon Ke Rumah-Rumah Penduduk
Beberapa pertanyaan tentang pemanasan global keluar dari mulut anak-anak SDN Claket I. ”Ibu memasak menggunakan kompor atau minyak tanah?”, ”Bapak pernah menanam pohon? Kapan dan dimana?” Sejenak kemudian terdengar beberapa nasehat tentang pemanasan global dan perubahan iklim kepada orang–orang yang mereka temui. Hal unik ini terlihat dalam pelaksanaan Mini CCCC (Children Conference on Climate Change) yang digelar SDN Claket I, 24-25 Januari 2008 di Desa Cembor, Kecamatan Pacet.
Kegiatan ini diilhami oleh pelaksanan CCCC di Surabaya pada November 2007 lalu. Dari CCCC itulah, remaja-remaja yang tergabung dalam saka Wanabhakti BKPH Pacet ingin mengaplikasi kegiatan tersebut untuk anak-anak di SD di wilayah Pacet. Maklumlah, pada pelaksanaan CCCC, terutama field trip Hutan dan Sumber Air, seluruh anggota Saka Wanabhakti yang digawangi oleh Mashudi ini menjadi panitia pelaksananya.
Bahkan beberapa diantaranya menjadi panitia pelaksana CCCC di Surabaya dari awal hingga akhir pelaksanaan. ”Kalau CCCC di Surabaya bisa dilaksanakan, pastinya di Claket juga bisa, meskipun cuma skala kecil. Kami sangat terkesan dengan CCCC di Surabaya dan ingin menerapkannya di Desa Claket ini,” kata Anang Anwardi, salah satu guru pengajar yang menjadi panitia pelaksana CCCC 2007.
Pemandangan CCCC sama persis terlihat dalam pelaksanaan Mini CCCC. Terdapat kelompok-kelompok peserta yang juga melaksanakan field trip dengan topik bahasan yang berbeda-beda. Ada juga sesi paripurna yang dilaksanakan di Balai Desa Cembor, Pacet. Pada sesi ini terlihat seluruh peserta berkumpul dalam satu ruangan besar yang telah ditata menyerupai kondisi di Graha Sawunggaling Surabaya. Di deretan depan duduk sepuluh anak-anak yang menjadi peserta CCCC di Surabaya. Mereka inilah yang menjadi Junior Board Mini CCCC. Sebagai Junior Board, mereka juga memimpin jalannya paripurna untuk menentukan hasil-hasil Mini CCCC.
Ada juga beberapa kegiatan baru yang dilaksanakan di Mini CCCC ini. Kegiatan itu adalah karnaval peserta dengan menggunakan pakaian tradisional. Pada karnaval ini mereka berjalan mengelilingi desa dengan membawa pesan-pesan lingkungan hidup. Selain itu terdapat survei karbon yang dilakukan peserta, yaitu bertanya ke warga tentang penggunaan kayu sebagai bahan bakar.
Yang patut diacungi jempol, peserta juga memberikan bibit tanaman buah pada warga. Bibit tanaman yang diberikan diantaranya durian, alpukat dan asam jawa. Tidak cukup dengan memberikan bibit, peserta juga mengajak warga untuk menanam langsung di halaman rumah masing-masing. Pada kegiatan ini dideklarasikan kelompok anak-anak peduli lingkungan ’BOLANG’ kependekan dari Bocah Lingkungan.
Ada keharuan yang amat sangat dalam pelaksanan kegiatan ini. Di tengah kesederhanaan dan jauh dari sentuhan tehnologi modern terkini, CCCC 2007 di Surabaya justru teraplikasi di Kecamatan Pacet, wilayah tertinggi di kaki pegunungan Welirang. (dab/ron)