Ajak Masyarakat Balas Klumprik Olah Sampah Basah
Pembangunan wilayah boleh kalah, namun semangat untuk mengolah sampah bisa diadu. Setidaknya itulah yang didapat di Kelurahan Balas Klumprik Surabaya ketika mahasiswa Unair dan Tunas Hijau mengadakan workshop pengolahan sampah mandiri, 12 Maret 2008. Workshop tersebut merupakan rangkaian dari program KKN Unair ke-37 di Kelurahan Balas Klumprik Surabaya.
Sebanyak 20 ibu rumah tangga mengikuti workshop yang sempat tertunda 15 menit. Kedua puluh ibu rumah tangga itu adalah sebagian kecil dari masyarakat Kelurahan Balas Klumprik yang masih menganggap sungai adalah tempat sampah raksasa. Mereka juga masih menganggap membakar sampah merupakan cara tepat untuk mengurangi jumlah sampah.
Berdasarkan pengamatan KTH, semangat yang dimiliki masyarakat kelurahan ini untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup sangat besar. Hanya saja, keterbatasan peralatan yang selama ini menyebabkan mereka terkesan jalan di tempat atau tidak melakukan upaya nyata.
Tidak hanya itu, perhatian Pemerintah Kota Surabaya pada masyarakat itu juga dirasakan kurang. Pernah suatu hari, cerita seorang ibu yang hadir, masyarakat RT XII mengajukan permohonan 5 komposter pengolah sampah basah skala rumah tangga ke Kelurahan Balas Klumprik, namun hingga saat ini belum ada tanggapan dari Kelurahan Balas Klumprik.
Mengetahui permasalahan tersebut, aktivis Tunas Hijau Septian memberikan alternatif lain. Menurut Septian, untuk membuat komposter pengolah sampah basah, keranjang bagus bukanlah sarat utama. Yang lebih utama adalah konsistensi untuk mengolah sampah yang dihasilkan dari sumbernya. “Buat apa keranjang bagus, kalau tidak pernah diisi dan diaduk setiap hari,” tegas Septian. (Adetya)