Antrian Air Bersih Pada Peringatan Hari Air Tunas Hijau

Hati-hati 10 meter ada antrian air bersih kira-kira kalimat itulah yang tertulis selembar potongan kayu triplek yang diletakkan oleh beberapa remaja sore hari itu di depan Taman Bungkul Surabaya. Memang, tidak jauh dari papan tersebut terlihat antrian anak-anak dan remaja yang membawa berbagai tempat layaknya menampung air. Di tengah-antrian tersebut sering kali terdengar teriakan “air….air” berulang-ulang. Itulah teaterikal yang dimainkan aktivis pelajar Tunas Hijau pada kampanye Hari Air Sedunia 18 Maret 2008 di Taman Bungkul.

Sekitar 70 peserta kampanye yang terdiri dari pelajar SMA Negeri 6, SMA Negeri 9, SMA Negeri 5, SMA Negeri 11, SMA Negeri 16, SMA Negeri 7, SMK Negeri 5 dan SMP Negeri 16 Surabaya beramai-ramai membunyikan pesan pelestarian lingkungan khususnya hemat air. Berbagai atribut kampanye mereka bawa guna mengajak masyarakat Surabaya menghemat penggunaan air. Diantaranya poster bergambar perilaku hemat air, poster berisikan informasi tentang kondisi air hingga spanduk ukuran 1 x 6 meter dibentangkan di depan Taman Bungkul Surabaya. Kampanye ini menjadi tontonan menarik oleh sebagian masyarakat Surabaya yang melalui jalan tersebut.

Selain meneriakan yel-yel hemat air, antrian air bersih juga nampak pada aksi ini. Menurut koordinator lapangan, Rendi Setyadi, aksi teaterikal ini menjelaskan bahaya jika manusia tidak sadar sejak dini salah satu dampak perubahan iklim. Salah satu dampak tersebut, menurut Rendi, adalah digaraminya sumber-sumber air bersih. “Meningkatnya permukaan air laut akibat perubahan iklim dapat mencemari sumber mata air tawar. Bisa dipastikan bukan hanya untuk mendapatkan minyak tanah yang membuat masyarakat harus antri, tapi juga untuk mendapatkan air bersih nantinya juga akan antri,” seloroh Rendi.

Disinggung kualitas air dari tahun ke tahun, remaja kelas 2 SMK Negeri 5 Surabaya ini menjelaskan bahwa fungsi air sangat banyak sekali seperti buat mandi, mencuci, masak dan sebagainya. Namun, sebagian besar kondisi air saat ini jauh dari sebutan layak untuk digunakan. “Kami berusaha mengajak masyarakat untuk berperan aktif meningkatkan kualitas air. Diantara caranya, dengan menghentikan kebiasaan menjadikan sungai atau lautan sebagai tempat sampah raksasa. Juga dengan memperbanyak pompa penyerap air hujan ke dalam tanah yaitu pepohonan,” ujarnya.

Tunas Hijau juga membagikan selebaran yang berisikan 9 cara jitu menghemat dan menyelamatkan kondisi air. Cara jitu itu diantaranya mematikan kran air jika bak mandi sudah penuh, mematikan kran air jika sedang menggosok gigi, menampung air dalam bak atau baskom ketika mencuci kendaraan atau mencuci sayuran dan buah-buahan dan membersihkan selokan seminggu sekali. “Yang sederhana dulu dipraktekkan dari pada terlalu muluk-muluk namun tidak terlaksana percuma,” ujar Ester, siswa SMA Negeri 6 Surabaya.

Selain membagikan selebaran tersebut, Tunas Hijau juga membagikan Deklarasi Surabaya – Children Conference on Climate Change 2007 yang berisikan 11 cara untuk menghambat perubahan iklim. (adetya/roni)