Penghargaan Pahlawan Iklim untuk SDK Santa Theresia I, SDN Kandangan II, SDN Kandangan III dan SMP Negeri 16 Surabaya
Tunas Hijau – kids & young people do actions for a better earthmemberikan penghargaan Pahlawan Iklim atau Climate Hero pada empat sekolah di Surabaya. Penghargaan yang diberikan oleh Wali Kota Surabaya Bambang DH di Balai Kota Surabaya, 15 Maret 2008, itu didasari upaya nyata untuk menghambat perubahan iklim yang telah dilakukan. Keempat sekolah itu adalah SDK Santa Theresia I, SDN Kandangan II, SDN Kandangan III dan SMP Negeri 16.
Tunas Hijau mengungkapkan bahwa pemberian penghargaan Climate Hero ini merupakan realisasi amanat Deklarasi Surabaya – Children Conference on Climate Change 2007. Melalui penghargaan ini diharapkan dapat mendorong sekolah-sekolah untuk melakukan upaya nyata yang dapat menghambat laju perubahan iklim. Upaya nyata tersebut diharapkan dapat terus dilakukan meskipun tidak ada lomba atau penilaian.
Berbagai upaya telah dilakukan SDK Santa Theresia I Surabaya. Diantaranya melakukan pemilahan sampah dan pembatasan sampah plastik yang dihasilkan sekolah. Di sekolah ini juga telah cukup lama diberlakukan penggunaan pembungkus daun pisang untuk setiap makanan yang dijual. Nyaris mengolah semua sampah yang dihasilkan, SDK Santa Theresia I juga terus melakukan pembinaan ke sekolah-sekolah lain untuk peduli dan berbudaya lingkungan hidup.
Ada juga yang mempunyai cara lain untuk mengurangi volume sampah plastik. Seperti yang dilakukan SDN Kandagan III Surabaya, yang mewajibkan setiap siswa membawa alat makan dan minum dari rumah. Kebijakan ini diambil SDN Kandangan III menyikapi fakta yang mereka temukan di sekolah. Fakta itu menyebutkan bahwa hampir 90% sampah di sekolah adalah bungkus plastik. Hasilnya, volume sampah sangat berkurang.
SDN Kandangan III juga memanfaatkan setiap lahan kosong yang ada di sekolah dengan pepohonan dan tanaman. Minimnya lahan di sekolah juga disiasati dengan banyak menggunakan tanaman dalam pot gantung dan pot tempel. Tanaman yang dapat tumbuh dengan sedikit sinar matahari pun cukup banyak di sekolah ini.
Di SDN Kandangan III juga diterapkan program ”Ingat 10 Menit”. Melalui program harian ini, sekolah mengajak seluruh siswa untuk terus menjaga kebersihan sekolah, terutama setelah waktu istirahat. Seluruh siswa diminta berburu sampah yang berada di pada tempat semestinya. Maklum, di kebanyakan sekolah, selesai waktu istirahat identik dengan banyaknya sampah berserakan.
Sekolah ini juga mengolah sampah organik dari masyarakat sekitar untuk diolah menjadi kompos. Petugas piket siswa mengambil sampah tersebut setiap hari saat istirahat sekolah. Langkah ini dilakukan, mengingat sedikitnya sampah organik terutama sisa makanan yang dihasilkan warga sekolah. Sehingga, komposter sisa makanan lama penuhnya.
Lain lagi yang dilakukan oleh SDN Kandangan II. Mereka menjadikan tanaman Roseli sebagai ikon sekolah untuk dijadikan produk unggulan seperti jamu dan sirup. Sekolah ini juga mengolah sampah organik untuk dijadikan kompos.
SMP Negeri 16 Surabaya mungkin satu-satunya sekolah yang masih memiliki hutan sekolah hingga saat ini. Hutan sekolah itu terus dipertahankan keberadaannya sebagai salah upaya mengurangi salah satu gas rumah kaca, yaitu gas karbondioksida. Keberadaan hutan sekolah itu juga diharapkan menambah oksigen untuk warga sekolah dan masyarakat sekitar sekolah.
SMPN 16 juga telah menjadikan dinding pembatas sekolah dengan gambar berpesan pemanasan global. Pelarangan penggunaan plastik sekali pakai juga diterapkan di SMPN 16. Alhasil, sampah plastik nyaris tidak ditemukan di sekolah ini. Setiap kantin di sekolah ini juga diharuskan mengolah sampah sisa makanan menjadi kompos. Untuk menunjang pengolahan sisa makanan ini, komposter didistribusikan di setiap kantin sekolah.
Lidah Mertua atau Sansivera dipilih karena dapat tumbuh dimana pun. Tanaman ini dapat tumbuh tidak hanya di tempat dengan sinar matahari, namun juga dapat tumbuh di tempat tanpa sinar matahari. Sansivera adalah jenis tanaman hias yang cukup efektif menyerap radiasi elektromagnetik di ruangan tempat tanaman itu berada. Sansivera juga menghasilkan Oksigen yang dibutuhkan manusia untuk bernafas.
Sansivera dapat dibiakkan dengan stek, yaitu memotong bagian daun yang juga batangnya lalu menancapkannya pada tanah. Maklum, tanaman ini tidak memiliki batang seperti tanaman pada umumnya. Pembiakan lainnya dapat dilakukan dengan menancapkan tunas tanaman. (adetya/zamroni)