Tasya Olah Sisa Makanan Jadi Kompos
Beruang-beruang kutub bangun dari tidurnya lebih awal di musim dingin, Australia mengalami kekeringan terparah sepanjang 100 tahun terakhir dan angin topan berulang kali menghantam Florida, Amerika Serikat. Apa yang terjadi? Ya, dunia tengah mengalami perubahan sebagai akibat naiknya suhu rata-rata permukaan bumi atau dikenal dengan istilah global warming atau pemanasan global.
Jika tidak dihentikan atau setidaknya dihambat, perubahan iklim tersebut jelas mengancam keberadaan bumi beserta makhluk hidup dan isinya. Itu sebabnya berbagai upaya dilakukan oleh berbagai pihak termasuk diantaranya anak-anak. Pada November 2007, di Surabaya, anak-anak dari 8 negara, yaitu Rusia, Haiti, Australia, Malaysia, Srilanka, Kamerun, Korea dan Indonesia mengikuti Children Conference on Climate Change 2007 yang digelar olehKlub Tunas Hijau – kids & young people do actions for a better earth dan PT. Freeport Indonesia.
Hasilnya, Deklarasi Surabaya – Children Conference on Climate Change (CCCC) 2007 yang memuat 11 kesepakatan untuk menghambat perubahan iklim dengan tindakan nyata. Diantara tindakan nyata yang terdapat pada kesepakatan tersebut adalah berjalan kaki atau bersepeda, memanfaatkan lahan kosong dengan pepohonan, mematikan listrik jika tidak digunakan dan melakukan pemilahan dan pengolahan sampah organik dan non organik yang dihasilkan. Sampah organik diolah menjadi kompos, sedangkan sampah non organik didaur ulang.
Sejak CCCC 2007 itu, beragam kegiatan untuk memasyarakatkan poin-poin Deklarasi Surabaya tersebut terus dilakukan. Diantaranya yang Sabtu, 19 April 2008 dilakukan di SMP Negeri 227, Jl. Masjid Al Fajri, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Ratusan siswa SMP/MTs di Jakarta Selatan nampak mengikuti beragam kegiatan di pelataran SMP Negeri 227 Jakarta Selatan. Tidak ketinggalan siswa SD yang berlokasi di sekitar SMP Negeri 227 Jakarta Selatan juga nampak mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan.
Kegiatan-kegiatan yang digelar pun beragam. Ada pameran tentang perubahan iklim, pelatihan singkat mengolah kertas bekas menjadi kertas baru, pelatihan pemanfaatan plastik bekas menjadi barang berguna dan pelatihan mengolah sisa makanan dan sampah organik menjadi pupuk kompos. Tidak ketinggalan juga gelar permainan ular tangga perubahan iklim ukuran 6 x 6 meter.
Dudi Yadito, 10, siswa SDN Pejaten Barat 11 Jaksel, mengaku senang mengikuti beragam kegiatan bertema perubahan iklim tersebut. Menurut Yudi, banyak informasi tentang pemanasan global dan perubahan iklim yang baru diketahuinya. Informasi itu membuatnya khawatir dan bertekad untuk ikut berperan aktif menghambat perubahan iklim. ”Setelah ini saya akan memanfaatkan lahan kosong sekitar rumah dengan pepohonan, lebih sering berjalan kaki atau bersepeda, tidak boros listrik dan membuang sampah pada tempatnya,” kata Yudi saat ditemui di ruang pameran.
Suasana di pelataran SMP Negeri 227 Jaksel tersebut menjadi semakin marak dengan kehadiran Direktur Utama PT. Freeport Indonesia Armando Mahler, Puteri Lingkungan Hidup Mimika Papua Yohana Pigai dan artis penyanyi remaja, Tasya, yang juga Duta Lingkungan Hidup Indonesia. Armando, Yohana dan Tasya pun menanam pohon, mengolah sampah sisa makanan dan sampah organik menjadi kompos, mendaur ulang kertas bekas dan plastik bekas.
Sementara itu, menurut Direktur Climate Change Goes to Schools Jakarta 2008 Nizam Wahyu Ardhika, sampah sisa makanan yang diolah menjadi kompos adalah sisa makanan yang dihasilkan peserta Workshop Perubahan Iklim sehari sebelumnya. (zamroni)