Mengenakan Busana Dari Bahan Daur Ulang, 200 Anak SD di Jatim Mengikuti Mini Conference on Climate Change
Sekolah Ciputra Surabaya bersama Tunas Hijau mengadakan konferensi anak-anak tentang perubahan iklim, Mini Conference on Climate Change (MC3) pada Kamis, 4 Desember 2008 pukul 08.00 – 15.00 wib, bertempat di Sekolah Ciputra Surabaya, Puri Widya Kencana L5 No.1 Citraraya Surabaya. MC3 diikuti oleh 200 siswa sekolah dasar perwakilan sekolah peduli lingkungan hidup dari beberapa kota/kabupaten di Jawa Timur.
Pada Mini Conference on Climate Change 2008, anak-anak berkumpul untuk berbagi pengalaman dan mendiskusikan upaya nyata yang dapat dilakukan untuk menghambat perubahan iklim. Peserta tidak lagi belajar tentang pengertian pemanasan global dan perubahan iklim, melainkan sudah langsung mendiskusikan trik-trik jitu “ala anak-anak SD” untuk menghambat laju pemanasan global dan perubahan iklim.
Setiap perwakilan sekolah juga mempresentasikan proyek lingkungan hidup yang sudah dilakukan di masing-masing sekolah tentang upaya menghambat laju pemanasan global dan perubahan iklim. Setiap peserta juga membawa ciri khas masing-masing sekolah berupa busana (rompi, atribut, tas, topi dan lainnya) dari bahan daur ulang.
Apa dan bagaimana pemanasan global dan perubahan iklim, yang menjadi isu nomor 1 abad ini, disajikan secara gamblang dalam bentuk pameran yang digelar terbuka untuk umum. Empat tema besar, yaitu sampah, energi, transportasi dan pohon menjadi bahasan utama pada conference dan pameran yang digelar.
Video conference dengan CEO Clean Up the World Ms Terrie-Anne Johnson di Sidney, Australia juga dilakukan peserta pada konferensi ini. Video conference juga dilakukan peserta dengan aktivis lingkungan hidup anak-anak di Perth Australia juga akan dilakukan pada conference ini.
Berbeda dengan kegiatan-kegiatan lain, pada MCCC 2008 ini hampir tidak dihasilkan sampah. Kalaupun ada sampah yang dihasilkan hanyalah sampah organik atau sisa makanan yang langsung diolah menjadi kompos oleh peserta. Makanan pun dikemas dengan kemasan yang ramah lingkungan seperti daun pisang atau kertas.
Aksi nyata juga dilakukan peserta pada konferensi ini. Aksi nyata ini berupa penanaman pohon dan workshop-workshop lingkungan hidup. Sementara itu, bagi guru pendamping juga diadakan workshop khusus tentang pembelajaran lingkungan hidup dengan menggunakan kurikulum International Baccalaureate. Pembelajaran kurikulum ini dilakukan dengan mengajak guru-guru pendamping berkeliling sekolah dan sesekali berhenti untuk penjelasan.(roni)