SMK Negeri 7 Surabaya Membuat Mesin Pencacah Sampah Sendiri
Terlihat beberapa guru SMK Negeri 7 Surabaya mulai kebingungan ketika rombongan tim evaluasi Adiwiyata Kota Surabaya menuruni mobil kijang yang ditumpangi. Kebingungan mereka cukup beralasan, mengingat tidak ada informasi tentang kedatangan tim juri di SMK Negeri 7, Kamis (15/01).
Setelah menyampaikan maksud kedatangan, tim evaluasi kemudian melanjutkan penilaian mereka dengan memantau kondisi lingkungan hidup di SMK Negeri 7. Dari hasil pantauan tim evaluasi terlihat beragam permasalahan lingkungan yang sudah mengakar dan sulit untuk diperbaiki.
Perilaku siswa yang paling sulit dirubah adalah kebiasaan mereka dalam membuang sampah di tempatnya dan budaya bersih. Hal itu terlihat dari tumpukan-tumpukan sampah di sekitar tempat sampah serta banyak sekali ditemukan puntung rokok di kamar kecil. Puntung rokok terutama sangat banyak ditemukan di toilet putra.
SMK Negeri 7 adalah tipe-tipe sekolah yang sudah tidak lagi membuang sampah di TPS (Tempat Penampungan Sampah Sementara). Namun bukan berarti sekolah ini telah mengolah sampah yang dihasilkan sampai tuntas. Sampah-sampah yang dihasilkan di sekolah biasanya ditumpuk di lahan belakang dan jika sudah banyak, sampah tersebut dibakar.
Meskipun demikian sekolah ini layak diacungi jempol, karena mereka sudah mempunyai alat pencacah sampah daun dan ranting hasil karya siswa SMK Negeri 7 jurusan teknik mesin. Alat yang dipasarkan seharga 4-5 juta tersebut sudah mulai digunakan sekitar tiga bulan kemarin.
Menurut Anik, koordinator lingkungan SMK Negeri 7 Surabaya, alat pencacah tersebut sangat membantu proses pembuatan kompos dari daun. Rencananya alat-alat tersebut akan ditambah lagi, karena tidak imbang antara jumlah sampah yang dihasilkan tiap harinya dengan kapasitas alat tersebut. (adetya/roni)