Mini CCCC 2009 Hasilkan Deklarasi Pacet
Pelaksanaan Mini Children Conference on Climate Change2009 yang digelar Sabtu (21/2) menghasilkan butir-butir kesepakatan tentang tindakan ramah lingkungan di sekolah. Salah satu butir deklarasi berisi tentang penghematan energi listrik untuk mengurangi pemanasan global. Caranya, dengan mematikan lampu kelas pada siang hari jika dirasa penerangan cahaya matahari cukup.
Pelaksanaan konferensi yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kecamatan Pacet bersama Tunas Hijau dan Saka Wanabhakti BKPH Pacet ini diwarnai dengan debat alot pada penyusunan deklarasi. Berbagai usulan dan argumen terdengar bersahutan dari peserta. Sesekali terdengar teriakan peserta hanya untuk menyampaikan pendapat. Farid, misalnya, siswa kelas 5 SDN Pacet III ini menyampaikan usulan tentang pemilahan sampah di sekolah.
Tidak mau kalah dengan farid, peserta dari sekolah dasar lain juga melontarkan berbagai macam usulan. “Saya usul, bagaimana kalau pemilahan sampah dilakukan di tiap-tiap kelas dengan menyediakan dua tempat sampah berbeda,” kata Ferri, salah satu peserta dari SDN Claket I. Usulan fery ini langsung disambut dengan tepuk tangan peserta lainnya. Alhasil, usulan ini langsung disepakati menjadi salah satu butir dalam deklarasi yang dihasilkan.
Perdebatan sengit ini terjadi bukan tanpa sebab. Sebelum musyawarah untuk menentukan butir-butir deklarasi, seluruh peserta dibagi dalam empat tema berbeda. Masing-masing tema melakukan diskusi dan observasi yang berbeda pula. Kelompok dengan tema pohon, misalnya, terlihat melakukan permainan kotak erosi.
Di permainan ini terdapat dua kotak dengan isi yang berbeda. Satu kotak berisi tanah liat bercampur batu sementara kotak lainnya berisi tanah dengan berbagai macam tanaman diatasnya. Kemudian, beberapa siswa diminta menyiramkan air sebagai perumpamaan hujan ke atas dua kotak tersebut. Peserta diajak melihat perbedaan warna air, serta berdiskusi tentang manfaat pohon dan hutan.
Konferensi yang dibuka oleh Farid Ichwan, pengawas TK/SD dinas pendidikan Pacet, tidak hanya diikuti oleh peserta dari sekolah dasar saja. Diantaranya ada peserta berasal dari Rumah Baca Sampoerno. Lokasi rumah baca ini justru di luar Pacet. Tidak hanya untuk berkonferensi, delegasi rumah baca juga memamerkan beberapa project lingkungan hidup. Diantara project itu adalah daur ulang kertas lengkap dengan berbagai pemanfaatannya.
Selain konferensi anak-anak, juga dilaksanakan workshop untuk guru dengan tema Understanding Climate Change. Pada workshop ini, guru-guru diajak memahami lebih tentang pemanasan global yang berakibat pada perubahan iklim. Workshop ini disampaikan melalui audio visual. Uniknya, penyaji materi workshop adalah guru-guru di Pacet yang juga rekan kerja sendiri.
Namun, sebelumnya, penyaji telah memperoleh berbagai pelatihan pengelolaan lingkungan hidup dari Tunas Hijau. Triani Chandra, misalnya, yang mendapat tugas untuk materi pemanasan global dan perubahan iklim adalah guru pengajar di SDN Kemiri II. Pada workshop ini, Triani Chandra menunjukkan fakta tentang mencairnya lapisan es di kedua kutub bumi akibat pemanasan global.
Dijelaskan Anang Anwardi, Direktur Mini Children Conference on Climate Change 2009, program ini sengaja dirancang multifungsi. Guru pendamping juga mendapatkan pengetahuan baru tentang pelestarian lingkungan hidup. Harapannya, dapat mendukung tindakan ramah lingkungan yang dilakukan siswanya. “Jika guru dan murid memiliki kepedulian sama terhadap lingkungan hidup, maka untuk menciptakan sekolah berwawasan lingkungan hidup bukanlah hal yang sulit,” kata Anang Anwardi.
Pada akhir Mini Children Conference on Climate Change 2009, tiap peserta mendapatkan bibit pohon mahoni siap tanam. Bibit ini bantuan dari Tahura R. Soerjo Mojokerto. Diharapkan bibit tersebut ditanam di sekolah masing-masing sebagai wujud nyata untuk menghambat pemanasan global. (geng)