SMA Trimurti Surabaya Dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah Peninjauan Tim Evaluasi Adiwiyata Jawa Timur
SMA Trimurti Surabaya, mungkin menjadi sekolah pertama di Kota Metropolis Surabaya yang memiliki instalasi pengolahan air limbah. Dioperasikan sejak 10 Nopember 2008, instalasi ini mengolah air limbah yang berasal dari buangan kamar mandi, dapur dan efluent tangki septik. Unit pengolahan yang ada di instalasi ini tersusun 7 ruang dan 1 pipa pembuangan. Tujuh ruang tersebut terdiri dari 1 ruang bak bak kontrol, 1 ruang bak penampung yang berfungsi menghomogenkan karakteristik air limbah dan sebagai pengatur debit yang akan masuk ke reaktor.
Bak lainnya adalah 1 bak penangkap lemak yang berfungsi menyaring minyak dan lemak yang terkandung di dalam air limbah. Saringan ini terdiri dari sabut kelapa, ijuk dan kerikil. Ada lagi 2 ruang bak pengolah biologis berupa Anaerobic Baffle Reactor (ABR). Selanjutnya, ada 1 ruang bak penyaring sekaligus media pengolah air limbah yang masuk. Saringan ini terdiri dari zeolit, pasir dan karbon aktif.
Sedangkan 1 bak terakhir adalah bak penampung air yang telah diolah. Selanjutnya, saluran pipa pembuangan terpasang pada bak terakhir. Fungsi pipa ini untuk menyalurkan air hasil pengolahan untuk penyiraman tanaman, mencuci tangan dan sebagainya. Air yang dihasilkan melalui pengolahan pada instalasi ini juga cukup bersih jika dibandingkan dengan air perusahaan daerah air minum Surabaya.
Pembangunan instalasi pengolahan air limbah di SMA Trimurti ini bukan sepenuhnya swadaya sekolah. Instalasi ini adalah salah satu bukti kemitraan lingkungan hidup yang dilakukan sekolah dengan lembaga lain. Biaya pembangunan instalasi yang ditaksir lebih dari 20 juta rupiah ini berasal dari PT. Pelabuhan Indonesia III Surabaya. Sedangkan desain teknis instalasi dilakukan oleh jurusan teknik lingkungan ITS Surabaya.
Di sekolah yang berada di jantung Kota Surabaya ini juga sudah diterapkan pembatasan jenis barang yang boleh digunakan di sekolah. Hasilnya, sampah-sampah yang dihasilkan adalah jenis-jenis sampah yang bisa diolah. Pembatasan ini juga diberlakukan di kantin sekolah. Nyaris sampah yang dihasilkan adalah sampah sisa makanan. Kalaupun ada sampah plastik adalah plastik bungkus mi instan. Sampah bungkus mie instan yang dihasilkan lalu didaur ulang menjadi barang berdaya guna seperti tas atau dompet.
Sementara itu, kedatangan tim evaluasi Adiwiyata Jawa Timur di sekolah yang beralamat di Jl. Gubernur Suryo ini , Sabtu (21/2), disambut dengan tarian lingkungan hidup Sekar Murti. Tarian kreasi sekolah ini diperagakan oleh keenam siswa SMA Trimurti. Pada tarian ini, setiap penari membawa bakul yang dijadikan sebagai tempat menampung biji tanaman yang akan ditanam. Tarian ini biasanya diperagakan jika ada tamu berkunjung ke sekolah ini.
Lagu lingkungan yang berjudul Ayo Bersih-Bersih juga ditampilkan sekolah menyambut kedatangan tim evaluasi Adiwiyata Jawa Timur. Lagu karya guru dan siswa SMA Trimurti ini biasanya dinyanyikan oleh tim paduan suara sekolah. Sesuai dengan judulnya, lagu ini mengajak orang untuk ikut membersihkan lingkungan sekitar kita dan mengolah sampah. Lagu ini juga mengajak masyarakat untuk menjaga dan merawat alam demi masa depan kita.
Belasan siswa juga nampak sibuk melakukan daur ulang sampah non organik. Sampah non organik yang diolah juga bermacam-macam. Ada kertas daur ulang yang digunakan sebagai media penyampaian pesan dalam bahasa dan huruf Jepang. Ada tudung saji atau penutup makanan yang dibuat dari bekas gelas air mineral. Ada notes dari kertas daur ulang. Ada bingkai foto yang dibuat dari aneka jenis sampah non organik. Ada juga kaleng bekas cat yang dihias untuk pot tanaman.
Semua barang daur ulang sampah yang dihasilkan tersebut nampak berdaya guna. Seperti anting yang terbuat dari plastik pembungkus makanan dan minuman. Nampak beberapa siswa perempuan mengenakan barang daur ulang ini. Anting ini nampak bagus dan layak dipakai. Entah karena proses pembuatannya yang juga bagus atau si pemakainya yang memang sudah cantik. Setidaknya, si pemakai tidak malu memakai anting dari sampah plastik itu.
Minimnya lahan kosong di sekolah ini juga tidak membuat sekolah ini menjadi gersang tanpa tanaman. Tanaman dalam pot cukup banyak ditempatkan di setiap sudut ruangan sekolah. Atap-atap sekolah juga menjadi tempat sasaran menampatkan tanaman-tanaman dalam pot. Demikian juga lorong-lorong sekolah, yang dijadikan tempat menempatkan rak-rak susun dengan aneka tanaman dalam pot. Meskipun, sebenarnya masih sangat memungkinkan tanaman dalam pot itu ditambah. (roni)