SMPN 7 Kota Probolinggo Yang Harus Terus Berbenah
Dengan alasan pergantian kepala sekolah baru, program sekolah peduli dan berbudaya lingkungan hidup di SMP Negeri 7 Kota Probolinggo tidak nampak ada perkembangan dari tahun lalu. Yang sedikit membedakan, mungkin, hanya slogan-slogan pesan lingkungan hidup yang nampak baru dibuat di beberapa sudut sekolah di Jl. Walikota Gatot Kota Probolinggo. Pesan-pesan itu pun terkesan dipaksakan dan nampak kurang berasa. Kesan ini didapat saat peninjauan tim evaluasi Adiwiyata Jawa Timur di sekolah ini, Kamis (26/2).
Di hampir setiap ruangan kelas juga tidak nampak kurang sentuhan lingkungan hidupnya. Meskipun di kelas-kelas itu sudah terdapat beberapa tanaman dalam pot, namun poster pesan-pesan moral nampak kurang bermakna atau asal-asalan. Demikian juga kondisi di samping sekolah yang kini cukup banyak terdapat tanaman dalam pot. Tanaman-tanaman pot itu terkesan tidak pada tempatnya, karena ditempatkan di lahan tanah yang bisa ditanami pepohonan besar.
Sementara itu satu-satunya sudut sekolah yang nampak bernuansa lingkungan hidup mungkin hanya di depan toilet siswa. Di tempat ini terdapat pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos. Pengolahannya dilakukan dengan menggunakan tong komposter. Di sudut yang sama juga terdapat rak susun berisi aneka macam tanaman dalam pot yang dibawa siswa. Sebagian tanaman pot yang ada di rak adalah hasil pembibitan siswa yang dilakukan di sekolah.
Sekolah juga masih belum memberlakukan pembatasan jenis barang yang boleh dibawa atau digunakan di sekolah. Padahal pembatasan ini perlu untuk menghindari sampah-sampah yang tidak bisa didaur ulang atau diolah lebih lanjut. Hasilnya, setiap istirahat atau pulang sekolah, siswa bisa dengan mudah membeli makanan dan minuman pada pedagang kaki lima di luar sekolah. Dan hampir semua makanan dan minuman yang dijual dikemas dengan plastik. Misalnya pentol bakar dan pentol kuah yang selalu dicampur dengan saos dan kecap. Juga es yang selalu disajikan dalam kantong dan sedotan plastik.
Para pedagang itu memang tidak menjual dagangannya pas di depan sekolah dengan alasan kemacetan, melainkan 10 meter dari gerbang sekolah. Namun, konsumen utama dari para pedagang itu adalah para siswa SMP Negeri 7 Kota Probolinggo. Dengan alasan ini, maka sekolah juga semestinya memberikan pemahaman pada pedagang agar ikut mewujudkan SMPN 7 Kota Probolinggo peduli lingkungan hidup yang bebas sampah plastik. (roni)