Sosialisasi Pengolahan Sampah Sisa Makanan di SMP Negeri 37
Kucing termasuk hewan yang cukup peduli lingkungan hidup. Setidaknya untuk urusan kotoran tubuh yang dikeluarkannya melalui aktivitas buang air besar. Ini karena kucing jarang ditemukan buang air besar di sembarang tempat. Jika sejauh matanya memandang ada tanah yang bisa digali, maka kucing akan buang kotorannya dengan menggali tanah dan menguburnya. Setelah selesai pun, kucing akan menutupinya dengan tanah. Bahkan sebelum pergi meninggalkan tempat itu, kucing akan memastikan apakah masih tercium baunya dengan mengendusnya. Luar biasanya lagi, kalau masih tercium bau kotorannya, kucing akan menambah tanah.
Selasa siang tadi (17/2), perilaku peduli lingkungan hidup hewan kucing coba disosialisasikan oleh Tunas Hijau pengurus OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) SMP Negeri 37 Surabaya. Di hadapan sekitar 30 orang pengurus OSIS SMP Negeri 37 Surabaya, Tunas Hijau mengajak para siswa di Jl. Kalianyar itu mulai mengolah sampah yang dihasilkan di sekolah. Pada kesempatan ini adalah jenis sampah organik khususnya sisa makanan.
Metode yang disosialisasikan Tunas Hijau hampir mirip dengan cara kucing membuang kotorannya. Namun, metode ini dikemas dalam wadah keranjang yang banyak lubangnya. Di pinggiran dalam keranjang itu sebelumnya diberi kardus yang berongga mi instan. Di bagian dasar dan atas keranjang diberi bantalan sekam. Sementara itu di antara kedua bantalan sekam itu diberi kompos yang sudah jadi sebagai stater. Banyaknya kompos stater sebaiknya setengah keranjang sampai 2/3 keranjang.
Setelah para siswa paham dan bisa melakukan pengolahan kompos sesuai penjelasan Tunas Hijau, mereka diminta langsung melakukan sosialisasi pada penjual makanan di kantin sekolah. Tiga penjual makanan di kantin pun lantas diberi sosialisasi dan cara penggunaan keranjang komposter itu. Masih belum selesai, para pengurus OSIS itu pun juga diminta membuat jadwal piket mengontrol penggunaan keranjang komposter itu setiap harinya. (roni)