Aktivis Lingkungan Hidup Malaysia Kagum Daur Ulang Di SDN Petemon XIII Surabaya

Rombongan aktivis lingkungan hidup YAWA (Yayasan Alam Warisan Anak) Malaysia mendapat suguhan makanan khas Surabaya ketika berkunjung di SDN Petemon XIII Surabaya, Jumat (20/3). Makanan tersebut biasanya disebut jajanan pasar. Diantaranya lupis, kelanting, bubur, bubur mutiara, parutan kelapa dan gula merah cair. Meskipun sebagian besar makanan tersebut asing bagi delegasi dari YAWA, namun tidak menyurutkan keinginan mereka untuk mencicipi semua jenis jajanan yang dihidangkan oleh sekolah. Apalagi semua jajanan pasar itu disajikan dengan menggunakan pincukdari daun pisang.

Rombongan dari Malaysia tidak hanya mencicipi makanan khas Surabaya saat berkunjung di sekolah dasar yang beralamat di Jl. Simo Sidomulyo XI/7 Surabaya itu. Rombongan Malaysia itu juga belajar tentang cara memanfaatkan sampah non organik khususnya plastik pembungkus menjadi barang kerajinan bermanfaat. Berbagai macam kreasi daur ulang disuguhkan oleh siswa SDN Petemon XIII Surabaya diantaranya membuat bunga dari sterofoam pembungkus. Ada membuat mozaik dari kulit telur dan kulit salak. Ada daur ulang kertas dan ada juga taman daur ulang.

Siswa SDN Petemon XIII Surabaya juga menyempatkan berbagi Budaya Malu Pada Lingkungan Hidup yang sudah dua bulan ini berlaku di sekolah yang menjadi binaan Tunas Hijau itu. Total ada 13 budaya malu yang ditetapkan yang selalu dibaca bersama oleh siswa di tiap kelas sebelum pelajaran pertama dimulai. Ada malu bila tidak membuang sampah pada tempatnya.  Ada malu jika tidak membawa piring dan gelas sendiri dari rumah. Ada malu bila membiarkan sampah tidak pada tempatnya. Ada malu jika tidak bisa membuang sampah secara terpilah dan malu jika tidak bisa mengolah sampah basah menjadi kompos.

Rombongan aktivis lingkungan hidup dari Malaysia ini juga sempat dibuat kaget saat melihat hampir seluruh siswa SDN Petemon XIII Surabaya yang membawa gelas dan piring sendiri. Kekagetan ini muncul saat rombongan Malaysia sedang asyik ngobrol santai dengan aktivis Tunas Hijau di pintu gerbang sekolah. Bersamaan dengan itu bel pulang siswa siang berbunyi, dan pada setiap siswa itu nampak gelas dengan tutup. Rombongan Malaysia itu semakin kagum ketika mendengar penjelasan Tunas Hijau bahwa seluruh orang tua siswa sudah diberi pengertian sekolah tentang pentingnya membawa gelas dan piring sendiri dari rumah.

Menurut ketua rombongan YAMA Malaysia Muhammad Fikri, beberapa hal yang perlu ditiru oleh sekolah Malaysia pada sekolah yang ada di Surabaya adalah kepedulian warga sekolah di Surabaya dalam menjaga kondisi lingkungan di sekolah. Kepedulian ini terutama yang berkaitan dengan usaha mengolah sampah yang dihasilkan sekolah. Selanjutnya, rombongan Malaysia itu berharap bisa menjalinkan hubungan kemitraan dengan sekolah-sekolah di Malaysia dengan sekolah-sekolah di Surabaya dan Malang. (adetya)