Mesin Pencacah Sampah Non Organik S1 Boy Yang Murah Meriah

Kabupaten Tulungagung terkenal sebagai penghasil batu marmer berkualitas di Indonesia. Proses pengolahan batuan itu biasanya menghasilkan batu marmer dalam ukuran kecil yang kurang bernilai jual. Batuan sisa ini lantas dimanfaatkan oleh para siswa SMP Negeri 1 Boyolangu (S1 Boy) Tulungagung untuk didaur ulang menjadi berbagai barang berdaya guna. Batuan sisa biasanya dibeli dengan harga Rp. 2.500,- per 100 kg. Setelah diolah, para siswa S1 Boy biasanya menjual sekitar Rp. 25.000,- untuk satu barang olahan. Ini seperti diamati tim evaluasi Adiwiyata Jawa Timur saat berkunjung ke sekolah ini, Senin (2/3).

S1 Boy Tulungagung telah lama melakukan pengolahan sampah. Penyediaan tempat sampah terpilah di beberapa sudut sekolah sudah dibarengi dengan upaya pengolahan lebih lanjut. Sampah organik sudah tidak lagi dikirim ke luar sekolah. Namun, sampah organik yang dihasilkan diolah menjadi pupuk kompos. Caranya, dengan menggunakan tong komposter. Sebelumnya, sampah-sampah yang berukuran besar seperti dedaunan, batang pisang atau ranting-ranting dipotong atau dicacah kecil-kecil.

Dulunya, pemotongan atau pencacahan sampah organik dilakukan oleh para siswa dengan menggunakan pisau secara manual. Namun, sudah setahun ini pencacahan sampah organik tidak dilakukan dengan cara manual tetapi dengan menggunakan mesin pencacah. Tapi, mesin pencacah sampah organik yang digunakan di sekolah ini bukan mesin pencacah sampah yang harus dibeli dengan harga jutaan rupiah. Mesin pencacah di sekolah ini adalah mesin pencacah buatan sendiri.

Harga yang dibutuhkan untuk membuat mesin pencacah di sekolah ini tidak lebih dari Rp. 150.000,-. Tentunya harga yang sangat murah untuk satu mesin pencacah sampah organik. Harga murah ini disebabkan peralatan yang digunakan pada perangkat ini adalah barang bekas. Untuk mesinnya, perangkat ini mesin pompa air bekas, harga beli biasanya tidak lebih dari Rp. 75.000,-. Untuk pisau pemotong yang dirupakan baling-baling sengaja dibuatkan khusus dengan harga kurang dari 40.000,-. Sedangkan kerangka dibuat dari perangkat pencacah sampah ini menggunakan bangku dan kursi sekolah yang sudah rusak.

S1 Boy tergolong sekolah yang memiliki lahan luas, yaitu sekitar 1,6 hektar. Dengan lahan luas itu, sekolah ini tergolong cukup mampu memanfaatkan lahan yang ada. Ada lapangan basket, lapangan tenis dan bulu tangkis yang dijadikan satu lahan. Ada juga lahan pembibitan tanaman obat, kolam ikan dan green house. Hampir tidak ada lahan kosong yang tidak termanfaatkan. Kalaupun ada kekurangan adalah pemanfaatan lapangan utama yang tidak disertai pembuatan banyak lubang resapan biopori. Letak satu kantin sekolah juga nampak kurang memenuhi kesehatan karena bersebelahan dengan MCK siswa.

Sekolah ini juga memiliki kelompok musik lingkungan hidup. Tidak hanya syair lagunya yang khas tentang kondisi dan impian lingkungan hidup sekolah. Namun, peralatan yang digunakan untuk bermain musik juga tergolong cukup unik. Yaitu dengan memadu peralatan musik umum seperti gitar dengan barang-barang bekas seperti galon kosong. Kelompok musik ini biasanya unjuk kebolehan saat ada kunjungan tamu dan kegiatan lain di sekolah dan di luar sekolah. (roni)

S1 Boy

Berseri indah tamanku

Bersemi hijau daun

Melukiskan kedamaian

Sehangat sinar mentari

Sesejuk embun pagi

Suarakanlah asa kita

Tak berarti bila kita tak peduli

Reff.

S1 Boy takkan berhenti

Mengajakmu berbagi menghargai alam ini

Setapakkan berarti

Meski kau sadari sejukkan negeriku…

S1 Boy hantarkan pagi indah sesejuk pelangi 2x

S1 Boy hantarkan pagi indah sesejuk pelangi 2x

Back to reff