SDK Santa Maria Kota Blitar Dengan Mading LH di Tiap Kelas
Memasuki halaman dalam SDK Santa Maria Kota Blitar, kita akan disambut oleh banyaknya pohon pelindung berumur sangat tua. Pepohonan pelindung, yang banyak diantaranya adalah pohon mahoni, sudah lebih dari 100 tahun tumbuh berkembang di sekolah itu. Asyiknya, di samping batang pepohonan pelindung itu ditempatkan banyak tanaman dalam pot. Tanaman pot itu dibawa oleh para siswa. Pemandangan ini dilihat tim evaluasi Adiwiyata Jawa Timur saat mengunjungi sekolah ini, Senin (2/3).
SDK Santa Maria Kota Blitar tergolong memiliki lahan luas berada di samping komplek kesusteran Santa Maria Kota Blitar. Dengan luas lahan sekitar 2 hektar, sekolah ini tergolong mampu memanfaatkan lahan yang ada. Hampir tidak ada lahan yang tidak termanfaatkan di sekolah ini. Ada pemanfaatan lahan untuk tanaman obat keluarga. Ada pemanfaatan lahan untuk tanaman sayuran dan tanaman semusim lainnya. Ada kolam ikan dan taman-taman kelas. Ada juga green house yang baru dioperasikan awal tahun ini.
Media majalah dinding (mading) yang ditempatkan di depan kelas juga menjadi salah satu media pendidikan lingkungan hidup. Setiap kelas diharuskan menghias dan mengisi masing-masing mading tersebut dengan informasi lingkungan hidup. Pengisiannya tidak setahun sekali, tetapi seminggu sampai sebulan sekali. Tidak hanya untuk kelas-kelas 4, 5 dan 6, namun kelas 1, 2 dan 3 juga diharuskan mengisi mading tersebut. Isinya bermacam-macam, ada puisi lingkungan hidup, ada syair lagu lingkungan hidup dan ada juga poster lingkungan hidup. Yang sudah pasti ada adalah guntingan media cetak yang membahas lingkungan hidup.
Sekolah ini tergolong cukup mandiri dalam pengolahan sampah yang dihasilkan. Pengolahan sampah dimulai dengan penyediaan tempat sampah terpilah di tiap kelas. Tempat sampahnya ada tiga jenis, yatu plastik, kertas dan organik. Untuk sampah plastik, selain diupayakan agar volumenya berkurang, para siswa juga diajak untuk melakukan aktivitas daur ulang menjadi barang hiasan. Sementara sampah kertas yang dihasilkan dimanfaatkan siswa untuk dibuat kertas baru dengan daur ulang sederhana.
Untuk sampah organik, sekolah ini bekerja sama dengan komplek kesusteran mengolahnya di rumah kompos. Pupuk kompos yang dihasilkan di rumah kompos ini tiap bulannya menghasilkan lebih dari 10 ton pupuk kompos. Bahan bakunya adalah sampah organik khususnya sampah daun yang banyak dihasilkan di seluruh komplek. Rumah kompos ini juga dijadikan media pembelajaran lingkungan hidup bagi siswa khusunya kelas 6. (roni)