Sekolah YPJ Kuala Kencana, Papua Yang Harus Segera Peduli Lingkungan Hidup
Berdiri sejak tahun 1996, Sekolah Yayasan Pendidikan Jayawijaya (YPJ) Kuala Kencana, Mimika, Papua terus mengalami peningkatan jumlah siswa dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009, jumlah siswa mencapai 1.150 atau lebih banyak 10 % dari tahun 2008 yang berjumlah sekitar 1.020 siswa. Peningkatan jumlah siswa tersebut juga berimbas pada jumlah ruang kelas yang setiap tahunnya harus ditambah untuk mengimbangi jumlah siswa yang terus naik. Tentunya perbaikan fasilitas lainnya seperti kantin untuk siswa juga harus terus diperhatikan.
Dengan semakin banyaknya jumlah siswa yang berminat menuntut ilmu di SD atau SMP YPJ Kuala Kencana tentunya menuntut YPJ Kuala Kencana untuk senantiasa meningkatkan mutu kurikulum pendidikan mereka dari tahun ke tahun. Sebagai contoh upaya yang telah dilakukan oleh YPJ Kuala Kencana untuk meningkatkan kualitas pendidikannya adalah dengan menjadi anggota ANPS (Associations National Plus Schools). Tentunya keikutsertaan pada ANPS ini berdampak positif bagi kualitas pelajar YPJ Kuala Kencana.
Namun, Sekolah YPJ Kuala Kencana juga mengalami beberapa masalah terutama yang berkaitan kepedulian siswa pada lingkungan hidup di sekolah. Ini seperti masih kurangnya kesadaran siswa dalam hal membuang sampah pada tempat yang sesuai. Alhasil seringkali ditemukan sampah yang berserakan di koridor-koridor kelas dan taman-taman kelas. Selain itu, kurangnya kesadaran seluruh warga sekolah dalam upaya penghematan energi listrik. Terlihat hampir di seluruh ruangan YPJ Kuala Kencana masih menyalakan lampu meskipun sinar matahari yang masuk di setiap ruangan cukup membuat terang.
Kesan rimbun di sekitar sekolah nampak terasa. Ini karena hutan berciri khas Papua nampak masih alami di sekitar sekolah. Bahkan jungle track atau jalur pejalan kaki telah dibuat di sekitar sekolah. Jungle track ini digunakan sekolah sebagai media pendidikan lingkungan hidup pada para siswanya untuk mengenal spesies tanaman yang tumbuh di hutan. Ini bisa dilihat dari banyaknya pepohonan di hutan yang sudah diberi label nama spesiesnya. Namun, kesan rimbun belum diimplementasikan di dalam lingkungan sekolah. Sehingga sekolah yang memiliki lahan seluas 2 hektar ini masih nampak silau dan panas.
Green house atau nursery yang terdapat di samping sekolah juga nampak kokok berdiri. Aneka tanaman dalam pot juga nampak banyak terdapat di nursery ini. Jika melihat aneka macam pot tanaman, maka bisa disimpulkan bahwa sebagian besar tanaman dalam pot itu adalah sumbangan dari para siswa. Namun, pelibatan siswa pada perawatan tanaman dalam nursery ini masih nampak belum optimal. Ini dilihat dari banyaknya tanaman yang layu karena kekeringan kekurangan air.
Pengolahan sampah juga belum dilakukan di sekolah ini. Di kantin, yang menjadi tempat makan para siswa dan menjadi sumber sampah organik khususnya sisa makanan juga hanya terdapat tempat sampah biasa. Semestinya, komposter untuk mengolah sampah sampah sisa makanan ditempatkan di kantin, yang langsung sumbernya. Tempat sampah terpilah 3 jenis, yaitu organik, kertas dan umum hanya ada di satu tempat saja di sekolah. Itu pun terkesan hanya simbolis, karena nantinya juga akan dicampur lagi.
Beberapa hal unik bisa ditemukan di YPJ Kuala Kencana, salah satunya adalah kompos buatan Trubus. Mengapa? Karena sebenarnya Sekolah YPJ Kuala Kencana punya potensi untuk mengolah sampah organik sisa makanan mereka. Potensi yang dimaksud adalah banyaknya bahan baku kompos yang dihasilkan di kantin sekolah. Bahan baku itu adalah sisa makanan para siswa. Bahan baku lainnya adalah sampah dedaunan yang banyak terdapat di sekitar sekolah. Maklum, di sekitar sekolah adalah hutan dengan kerapatan tanaman yang tinggi. (adetya/roni)