Dongeng Lingkungan Hidup Bersama Konsul Jenderal Amerika Serikat di SDN Dr. Sutomo VIII Surabaya

Delapan puluh siswa dari 11 sekolah dasar (SD) di Surabaya mengikuti Dongeng Lingkungan Hidup yang diadakan Tunas Hijau di SDN Dr. Sutomo VIII Surabaya, Selasa (21/4). Sebagai pendongeng pada kegiatan ini ialah Konsul Jenderal Amerika Serikat di Surabaya Caryn McClelland. Caryn ditemani humas Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika Serikat John C. Taylor dan staf humas Esti Durahsantie. Sebelas sekolah yang hadir adalah SDN Dr. Sutomo V, SDN Dr. Sutomo VI, SDN Dr. Sutomo VII, SDN Dr. Sutomo VIII, SDN Babat Jerawat I, SDN Manukan Kulon III, SDN Kandangan I, SDN Kandangan III, SDN Kaliasin I, SD At-Taqwa dan SDN Pacar Keling VI Surabaya.

Pada kegiatan ini Caryn mengawali dengan menceritakan kisah pejuang pohon yang bernama Lorax. Duduk di kerumunan para siswa, Caryn bercerita sambil menunjuk gambar dari halaman buku cerita yang masih menggunakan Bahasa Inggris. “Lorax adalah seekor hewan yang pendek, gaek, lembek dengan suara melengking. Lorax tiba-tiba muncul dari batang pohon yang telah ditebang oleh seorang bernama Pak Konon Tua. Keluar dari batang pohon sisa yang masih tertancap di tanah, Lorax berteriak bahwa dia mewakili pepohonan. Lorax marah karena pohon Truffula tempatnya tinggal ditebang,” kata Caryn McClelland sambil terus menggerakkan boneka Lorax melalui tangan kanannya.

Diceritakan Caryn bahwa Pak Konon Tua menjawab pertanyaan Lorax “Hai Lorax, kenapa marah? Yang kutebang hanya sebatang, tidak ada yang rugi. Lihat sendiri manfaatnya. Barang yang serba guna. Bisa jadi kemeja, kaus kaki atau sarung tangan, topi permadani atau seprei juga tutup kepala dan sadel sepeda. Masih banyak pohon lainnya,” cerita Caryn McClelland. Mengetahui bahwa pohon Truffula yang telah ditebangnya ternyata laku keras, Pak Konon Tua pun merancang alat penebang pohon, yang dengan sekali tebang maka banyak pohon akan tumbang.

Begitulah cerita itu berlanjut hingga di daerah yang semula banyak ditumbuhi pepohonan Truffula lantas berubah menjadi kawasan industri. Sedangkan pepohonan Truffula yang banyak manfaatnya telah habis tak tersisa. Aktivitas industri di kawasan itu pun telah mencemari udara sekitar. Dampaknya, angsa-angsa tak lagi mampu bernyanyi dan berdendang karena banyaknya asap berkeliaran. Industri yang beroperasi itu juga telah mencemari kolam-kolam yang ada dari limbah cair yang dihasilkan. Ikan-ikan di kolam pun bepergian karena tidak betah dengan kondisi kolam yang tercemar.

Kondisi kawasan yang semakin rusak lingkungan hidupnya itu membuat Lorax tidak mampu berucap. Matanya penuh duka. Ia seketika itu terbang melesat di kerumunan awan. Jejaknya tak terlacak. Peristiwa ini lantas membuat Pak Konon Tua menjadi sadar diri terhadap kesalahan yang diperbuatnya. Hingga suatu ketika, Pak Konon Tua bertemu dengan seorang anak yang terus bertanya padanya mengapa kawasan itu jadi rusak. Pak Konon Tua lantas menitipkan satu biji terakhir pohon Truffula pada seorang anak itu. Pak Konon Tua berpesan pada anak itu agar mau menanam dan merawat biji itu hingga kawasan itu kembali menjadi hutan.

Setelah sesi dongeng oleh Caryn McClelland, para siswa diajak menonton bersama film kartun dari cerita bergambar yang telah dijelaskan. Film kartun itu cukup mudah dipahami, meskipun bahasa penyampaiannya menggunakan Bahasa Inggris. Selesai pemutaran, empat siswa mengajukan diri menceritakan ulang film tersebut. Mereka adalah Intan Parliana dari SDN Kandangan III, Wanda Brillianty Putri dari SDN Dr. Sutomo VIII, Muhamad Gunawan Wibisono dari SDN Kaliasin I dan Alya Talahfadila dari SDN Kaliasin I. Begitu menjiwainya keempat siswa menceritakan ulang film yang baru ditontonnya, membuat Caryn dan para siswa lainnya kagum. Kekaguman sangat nampak ketika M. Gunawan W. dari SDN Kaliasin I Surabaya mendapat giliran bercerita layaknya pendongeng ulung. (roni)