Guru-Guru Penggiat LH Komplek SDN Dr. Sutomo Surabaya Prihatin Pada Kebiasaan Membuang Sampah Sebagian Siswa

Pembekalan terakhir delegasi komplek SDN Dr. Sutomo Surabaya pada penganugerahan pangeran dan putri lingkungan hidup, Kamis (16/4), menyisakan satu fenomena baru. Fenomena itu adalah permasalahan yang dihadapi oleh sekolah dalam mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan hidup. Yakni sikap pesimis warga sekolah dalam mewujudkan hal tersebut. Setidaknya kesan itu terekam oleh Tunas Hijau yang telah 5 kali mendatangi sekolah tersebut dalam dua bulan terakhir.

Sikap pesimis tersebut bisa dilihat dari beberapa guru sekolah tersebut yang selama ini telah berupaya menjadikan sekolah mereka lebih baik. Hal ini terutama pada penanaman pemikiran ramah lingkungan kepada para siswa komplek SDN Dr. Sutomo Surabaya. Sikap pesimis tersebut ditunjukan oleh guru-guru penggiat lingkungan hidup tersebut karena melihat banyaknya siswa yang tidak peduli pada lingkungan hidup, terutama pada kebiasaan membuang sampah di tempatnya.

Guru-guru penggiat lingkungan hidup tersebut bukan tidak berupaya meningkatkan kepedulian anak didik mereka terhadap lingkungan hidup. Bahkan mereka menyisakan beberapa waktu luangnya untuk mengajari siswa mendaur ulang sampah. Ini seperti yang dilakukan oleh Agus Widodo, guru SDN Dr. Sutomo VIII. Guru kelas IV SDN Dr. Sutomo VIII ini mengajari siswanya untuk mendaur ulang sampah kertas menjadi kertas baru. Selain Agus Widodo, guru kelas III SDN Dr. Sutomo VI Puguh Wahono, mengajari siswanya untuk bercocok tanam tanaman produksi seperti tomat dan Lombok. Bahkan Puguh Wahono juga mengajarkan cara mengolah sampah organik menjadi kompos di sekolahnya.

Ada juga yang mengajak siswa kelasnya untuk membersihkan sampah di dalam dan di luar ruang kelas sebelum masuk dan setelah istirahat. Hal itu yang dilakukan oleh guru SDN Dr. Sutomo V Suwandi dan guru dari SDN Dr. Sutomo VII Narto. Meskipun upaya mereka sangat gigih, namun hal itu dirasa masih kurang efektif untuk merubah perilaku siswa terhadap upaya menjaga kebersihan lingkungan sekolah.

Menurut Narto, kondisi tersebut disebabkan karena banyak siswa yang kurang peduli terhadap kebersihan sekolah. Selain itu juga disebabkan belum munculnya agen-agen cilik lingkungan hidup yang bisa menjadi motor penggerak siswa untuk menjaga kebersihan sekolah. Semoga, menurut Narto, wakil-wakil yang mengikuti penganugerahan pangeran dan putri lingkungan hidup bisa menjadi agen-agen peduli lingkungan di sekolah ini. (adetya)