Kereta Gantung dan Haul Truck Dengan Diameter Roda Sekitar 4 Meter di Pertambangan Grassberg, Papua

Mungkin karena medan yang menghubungkan antara pabrik pengelolaan konsentrat dengan daerah pertambangan Grassberg sangat terjal atau bisa dikatakan daerah pegunungan, pada tahun 1989 PT. Freeport Indonesia membangun tram atau kereta gantung yang memudahkan para pekerja untuk menuju daerah pertambangan terbuka Grassberg. Hal itulah yang dapat disimpulkan oleh beberapa aktivis Tunas Hijau ketika berkesempatan menumpang trammenuju ke Grassberg, Jumat (3/4).

Beroperasi sejak tahun 1990, tram atau kereta gantung yang menghubungkan antara pabrik pengelolaan konsentrat dengan daerah tambang terbuka Grassberg menjadi transportasi vital bagi para pekerja PT. Freeport Indonesia. Setiap hari ribuan pekerja menggunakan transportasi ini, meskipun hanya ada dua unit. Setiap kali keberangkatan, seratus pekerja mampu ditampung oleh tram ini dan mampu mengangkut beban sebesar delapan ton.

Terminal tram bawah atau di pabrik pengolahaan konsentrat ini terletak di ketinggian 2836 meter di atas permukaan air laut (dpl). Sedangkan terminal tram atas atau tepatnya di daerah pertambangan lama PT. Freeport Indonesia yang lebih dikenal dengan nama Estberg terletak di ketinggian 3574 meter dpl dengan jarak tempuh 1594 meter. Dengan menggunakan tram ini, siapapun bisa melihat kondisi area pabrik pengolahan konsentrat yang dikelilingi oleh pegunungan Jayawijaya yang sangat terjal.

Tidak lengkap rasanya bila berkunjung ke Grassberg atau daerah pertambangan terbuka PT. Freeport Indonesia tanpa mampir ke tempat yang bernama Megashop. Megashopl merupakan bengkelnya armada-armada transportasi material tambang yang berukuran raksasa yang bernama Haul Truck. Bisa dikatakan raksasa karena rodanya saja berdiameter lebih dari 3 meter. Bahkan tinggi truk tersebut bisa mencapai 10 meter dengan lebar sampai 15 meter. Ukuran truk yang raksasa inilah yang menyebabkan siapapun yang berminat menaikinya harus melalui 10 anak tangga kecil. Ini seperti rombongan Tunas Hijau yang bertandang ke Megahall, Jumat (3/4).

Bagi kalangan pekerja tambang di PT. Freeport Indonesia, Haul Truck merupakan armada yang spesial. Ini karena ukurannya yang begitu besar, perawatan dan kebutuhannya juga sangat spesial. Bayangkan, untuk mengoperasikan armada sebesar ini selama tiga jam dibutuhkan solar sebanyak 5500 galon atau sekitar 22.000 liter. Belum lagi durasi penggunaan ban roda-rodanya hanya mencapai 1000 jam. Harga satu ban bisa lebih dari Rp. 200.000.000,- atau seharga mobil kijang innova baru. Truk ini beroperasi 24 jam non stop setiap harinya alias tanpa henti. Kalaupun berhenti itu dikarenakan truk ini harus mengganti oli atau perawatan di bengkel. Pengisian solar pun dilakukan sambil jalan.

Ukurannya yang begitu besar mengharuskan sopir truk ini harus orang-orang yang ahli mengemudi. Bahkan untuk mengurangi tingkat kecelakaan akibat kondisi driver yang kurang fit, perusahaan mengeluarkan kebijakan 7:2. Artinya 7 hari kerja dan 2 hari libur dengan batas waktu untuk satu hari kerja ada selama sepuluh jam. Selain itu, di kabin pengemudi, driver juga masih bisa menikmati lantunan musik karena di dalam kabin tersedia radio tape.

Haul truck ini merupakan unit pemasok batu-batuan tambang menuju ke pabrik pengolahan pabrik pengolahan konsentrat melalui roda berjalan. Haul truck bisa mengangkut bebatuan sebanyak 400 ton untuk sekali jalan. Terdapat lebih dari 100 haul truck yang beroperasi di daerah tambang PT. Freeport Indonesia. Namun dari ratusan haul truck tersebut ada 12 haul truck yang paling besar yakni dengan nomer seri 797. Uniknya, di haul truck ini dipasang sebuah penyadap lokasi, sehingga ruang kontrol dapat melihat langsung lokasi keberadaan armada yang mereka cari. (adetya)