Kunjungi SDN Petemon XIII Surabaya, Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Kagum Program Lingkungan Hidup Yang Dilaksanakan
SDN Petemon XIII Surabaya tergolong sekolah yang miskin. Miskin yang dimaksud serba terbatasnya semua fasilitas yang dimiliki sekolah. Terbatas luas lahannya, tidak lebih dari 3000 meter persegi. Terbatas jumlah ruangan kelas, hanya enam ruangan kelas saja dengan siswa kelas 2 paralel. Terbatas lahan kosongnya. Apalagi lokasinya yang berada di tengah pemukiman penduduk yang tergolong padat dan di sebelah sungai.
Namun, menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Sahudi, dengan segala keterbatasan yang dimiliki, sekolah ini termasuk sekolah yang luar biasa untuk program lingkungan hidupnya. “Kalau sekolah yang memiliki segala fasilitas penunjang yang memadai berprestasi dan peduli lingkungan hidup itu sudah biasa. Namun, dengan kondisi yang serba terbatas yang dimiliki SDN Petemon XIII Surabaya tetapi tetap peduli lingkungan hidup itu yang sangat luar biasa,“ kata Sahudi, Rabu (8/4) siang, saat melakukan kunjungan khusus di SDN Petemon XIII Surabaya didampingi Tunas Hijau.
Kunjungan Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya ini terkesan istimewa. Kunjungan ini dalam rangka memberi apresiasi dan motivasi pada sekolah yang beralamat di Simo Sidomulyo XI / 7 Surabaya ini atas prestasinya hingga berhasil menembus tingkat nasional program Sekolah Adiwiyata. “Pencapaian lingkungan hidup sekolah ini sudah luar biasa. Dibutuhkan komitmen yang kuat dan kerjasama yang lebih bagus lagi antar guru untuk dapat mempertahankan dan bahkan meningkatkan yang sudah ada. Keteladanan guru dalam berperilaku peduli lingkungan hidup sangat dibutuhkan para siswa,” kata Sahudi.
Pada kunjungan ke nominasi sekolah Adiwiyata Nasional 2009 ini, Sahudi diajak berkeliling sekolah. Sahudi kagum dengan program daur ulang sampah non organik yang dilakukan guru dan siswa sekolah ini. “Ruangan ini dulunya adalah kelas. Namun, karena kondisinya yang sudah tidak layak karena seperti mau roboh, kami lantas menjadikannya sebagai bengkel kerja. Hampir setiap hari selalu ada guru dan siswa yang bertugas melakukan daur ulang sampah non organik di bengkel kerja ini,“ kata Kepala SDN Petemon XIII Surabaya Harsoyo. Ditambahkan Harsoyo, bahwa seluruh hasil karya daur ulang siswa dan guru selanjutnya dipamerkan di ruang workshop di lantai dua.
Dijelaskan Tunas Hijau bahwa secara fisik sekolah ini memang tidak ada kelebihan. “Namun, SDN Petemon XIII Surabaya memiliki banyak kebijakan sekolah yang pro lingkungan hidup,“ kata aktivis senior dan Presiden Tunas Hijau Mochamad Zamroni kepada Sahudi. Diantara kebijakan itu adalah setiap ruangan yang harus ada tanaman dalam pot. “Ada juga ikrar 13 Budaya Malu Pada Lingkungan Hidup yang dibaca bersama setiap hari. Selain itu program partisipatif dan aktif lingkungan hidup sangat sering dilakukan di sekolah ini. Ada juga program lingkungan hidup berkelanjutan dengan masyarakat di sekitar sekolah,” kata Zamroni. (*)