Kunjungi SDN Petemon XIII Surabaya, Ketua PKK Surabaya Dicurhati Masalah Lingkungan Hidup Oleh Siswa

Ketua Tim Penggerak PKK Kota Surabaya Dyah Katarina mengunjungi SDN Petemon XIII Surabaya, Sabtu (11/4). Bersama Tunas Hijau, kesempatan ini digunakan beberapa siswa anggota tim lingkungan hidup SDN Petemon XIII Surabaya untuk berkeluh kesah. Ewik Rizkita Putri, Dirgo Roslukita dan Mega Santi Ratna yang ketiganya kelas 6 menceritakan bahwa masih ada banyak siswa yang enggan membawa piring dan gelas sendiri dari rumah. “Akibatnya, mereka masih membeli pentol bakso plus saos, kecap dan sambal dengan kantong plastik,” kata Ewik Riskita. Ditambahkan Ewik, para siswa yang masih berperilaku demikian itu gak tahu sampah plastik itu tidak bias terurai di tanah hingga seratus tahun.

Menanggapi keluh kesah ketiga siswa penggiat lingkungan hidup SDN Petemon XIII Surabaya itu, Dyah Katarina meminta untuk terus gencar mengingatkan siswa-siswa lainnya. Dikatakan Dyah Katarina bahwa mengubah perilaku siswa itu butuh proses yang tidak instant. “Kebiasaan mereka telah terbentuk selama beberapa tahun. Sedangkan upaya mengajak seluruh siswa peduli lingkungan hidup baru dilaksanakan delapan bulan terakhir,” kata Dyah Katarina yang disaksikan Kepala SDN Petemon XIII Surabaya Harsoyo.

Ditambahkan Dyah Katarina yang istri wali kota Surabaya bahwa perlu dibuat strategi-strategi jitu agar para siswa merasa perlu untuk selalu makan dan minum menggunakan piring dan gelas sendiri. “Teman-temanmu perlu terus diingatkan untuk mengurangi sampah jenis plastik yang susah didaur ulang seperti kantong plastik untuk jajan dan minuman. Perlu juga diberlakukan denda bagi yang melanggar peraturan. Penghargaan juga perlu diberikan bagi para siswa yang taat terhadap peraturan yang dibuat,” kata Dyah Katarina.

Sebelum berdiskusi dengan beberapa siswa penggiat lingkungan hidup itu, Dyah Katarina menyempatkan diri mengunjungi beberapa bagian sekolah. Di bengkel kerja, Dyah kagum dengan upaya berkesinambungan yang dilakukan para siswa yang bertugas mendaur ulang sampah non organik menjadi bunga dan hiasan kolase. Dyah juga kagum membaca 13 Budaya Malu Pada Lingkungan Hidup yang dibacanya di bengkel kerja. Sementara itu, beberapa siswa lainnya di depan bengkel kerja nampak sibuk mengolah sampah sayuran dan sisa makanan menjadi pupuk kompos melalui keranjang komposter. (roni)