Pelatihan Lingkungan Hidup Pelajar SMA se-Surabaya Gelombang II

Udara sejuk Gunung Penanggungan menyapa ratusan pelajar SMA/SMK se-Surabaya ketika memasuki area PPLH Seloliman, Mojokerto. Kedatangan ratusan siswa SMA/SMK ini untuk mengikuti pelatihan lingkungan yang diselenggarakan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Surabaya dan Tunas Hijau. Selama dua hari, Sabtu – Minggu (18-19/4) peserta pelatihan digembleng menjadi agen remaja yang peduli lingkungan hidup di sekolah, rumah dan Kota Surabaya.

Tunas Hijau yang setiap pelatihan selalu mendapat kesempatan untuk berbagi pengetahuan dengan peserta pelatihan, di hari pertama, Sabtu (18/4) mendapat kesempatan untuk menyampaikan materinya di sesi akhir workshop atau tepatnya mulai pukul 19.30 wib. Tantangan yang dihadapi oleh Tunas Hijau ketika menyampaikan materi pada malam hari adalah menghilangkan rasa bosan dan rasa kantuk akibat hawa sejuk pegunungan. Di awal penyampaian materi, aktivis Tunas Hijau Adetya mengajak peserta bermain “Kapal Penyelamat” dan permainan ‘Awas Ketipu’. Dua permainan ini ternyata mampu mengubah atmosfir pelatihan yang sebelumnya nyaris tanpa canda tawa berubah menjadi kegaduhan yang menghebohkan.

Setelah dirasa semua peserta mendapatkan kembali semangatnya untuk mengikuti pelatihan, komanda tim pelatihan Tunas Hijau Afif Amrullah berbagai pengetahuan tentang pemanasan global dan perubahan iklim. Dengan gaya rambut Harajuku (gaya Jepang), Afif mampu menghipnotis ratusan peserta pelatihan untuk menyimak apa yang disampaikan olehnya. Menurut Afif, memburuknya kondisi bumi saat ini disebabkan ulah manusia yang kurang peduli lingkungan hidup.

Tunas Hijau juga memberika sedikit shock therapy kepada peserta dengan menampilkan film perubahan iklim. Film berjudul ‘Pole To Pole’ menampilkan kondisi es di kutub utara dan kutub selatan yang mencair akibat pemanasan global. Ada juga potongan film yang menggambarkan kondisi hutan di Amazon yang dibakar dan juga dampak dari banjir yang melanda di beberapa negara besar seperti di Inggris dan Republik Ceko.

Debat antar peserta pelatihan mewarnai kegiatan di hari kedua, Minggu (19/4), ketika sesi pengambilan komitmen lingkungan disusun. Berbagai pendapat keberatan muncul saat komitmen melaksanakan tanam pohon setiap siswa di sekolah dibacakan. Diantaranya pendapat dari perwakilan SMA Muhammadiyah yang mempersoalkan kondisi lahan yang tidak memungkinkan untuk ditanami pohon. Melihat banyak yang kurang setuju dengan komitmen tersebut, Tunas Hijau lantas mengganti kalimatnya menjadi menanam pohon di sekolah, jika tidak ada lahan atau dengan menggunakan pot sebagai media tanam.

Selain debat lingkungan, di awal kegiatan pada hari kedua diisi dengan lintas hutan atau jalan-jalan ke hutan. Jalan-jalan ini menuju sumber mata air dan sungai yang dijadikan sumber pembangkit listrik mandiri oleh masyarakat Seloliman. Perjalanan ke hutan tersebut cukup seru, karena selain melewati hutan, peserta juga melewati aliran sungai kecil yang airnya masih jernih. Di sumber mata air, ratusan peserta tersebut secara bergantian mencicipi air langsung dari mata air yang muncul dari bawah pohon.

Selain itu, kegiatan hari kedua juga diisi oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Timur. BLH Jatim menjelaskan kondisi pencemaran air, tanah dan udara yang terjadi saat ini. BLH Jatim juga menjelaskan mekanisme sebuah perusahaan untuk mendapat ijin melakukan proses industri. BLH Jatim juga menjelaskan sanksi yang akan diberikan pada perusahaan bila sengaja melanggar aturan yang telah disepakati diantaranya membuang limbah cair tanpa diolah terlebih dahulu.

Sebelum kembali ke Surabaya, Tunas Hijau memberikan kesempatan kepada seratus siswa tersebut untuk membuat rencana kegiatan yang akan dilaksanakan di sekolah. Seperti rencana yang disusun oleh perwakilan dari SMA Muhammadiyah 1, yaitu mengadakan workshop lingkungan hidup di sekolah. SMA Muhammadiyah 1 juga akan melakukan pemilahan sampah dan mengolahnya. Bahkan sekolah ini akan mewajibkan setiap siswa baru untuk menyumbang satu jenis pohon produktif seperti mangga atau jambu.

Menurut Afif koordinator Tunas Hijau, indikator keberhasilan pelatihan ini adalah setiap perwakilan sekolah mampu membuat aksi nyata di sekolah selama rentang waktu dua bulan. Ini seperti yang dilakukan peserta pelatihan gelombang I yang saat sedang menggagas workshop lingkungan hidup bagi siswa SMP. “Mereka juga berencana membuat lomba-lomba lingkungan hidup bagi pelajar SMP se Surabaya untuk memperingati Hari Bumi dan Hari Jadi Kota Surabaya ke-716,” kata Afif Amrullah. (adetya)