SDK Santa Theresia I Surabaya Bebas Kantong Plastik

Sudah sekitar sebulan ini SDK Santa Theresia I Surabaya mendeklarasikan menjadi sekolah yang bebas kantong plastik di Indonesia. Deklarasi ini bukan isapan jempol belaka. Berbagai upaya telah dilakukan sekolah untuk mensukseskan program “Sekolah Bebas Kantong Plastik” ini.  Diantara upayanya adalah melarang para siswanya menggunakan kantong plastik untuk segala kegiatan sekolah. Asyiknya, larangan ini juga ditindaklanjuti dengan penyediaan kantong belanja kain dalam jumlah yang sangat banyak, cukup untuk seluruh warga sekolah.

Kantong belanja dari kain itu tidak dibagikan dengan cuma-cuma pada setiap warga sekolah. Namun, setiap siswa, guru dan pimpinan sekolah diharuskan membelinya dengan harga yang terjangkau. Asyiknya lagi, setiap pembelian kantong kain akan mendapat hadiah boneka kecil yang lucu. Pembelian kantong kain ini dikelola oleh koperasi sekolah yang beralamat di Jl. Residen Sudirman 5 Surabaya. Selanjutnya, setiap kantong belanja kain tersebut diminta diberi nama sesuai pemiliknya. Maklum, jenis kantong kain ini hanya satu macam sehingga rawan terjadi kekeliruan. Sementara itu, pemberlakukan denda bagi warga sekolah yang kedapatan menggunakan kantong plastik di sekolah juga akan dilakukan.

Menurut Agus Pujianto, guru koordinator lingkungan hidup SDK Santa Theresia I Surabaya, program Sekolah Bebas Kantong Plastik adalah tindak lanjut dari kunjungan Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar ke sekolah yang menjadi binaan Tunas Hijau sejak tahun 2001 ini. Kunjungan menteri itu dilakukan 25 Februari 2009 lalu. Saat itu dalam rangkaian program Surabaya Bebas Kantong Plastik. Diantara agenda kunjungan di sekolah ini adalah penanaman pohon dan penandatanganan prasasti “Bebas Kantong Plastik”.

Lebih lanjut Agus menjelaskan bahwa upaya mengurangi sampah plastik sebenarnya sudah gencar dilakukan sejak awal tahun 2007. Saat itu sekolah ini mengawali kebijakan yang mengharuskan semua makanan yang dijual di kantin sekolah harus menggunakan bungkus dari daun pisang. Sampai sekarang kebijakan tersebut masih berlaku di sekolah yang tahun 2007 dan 2008 mendapatkan penghargaan sebagai sekolah Adiwiyata Nasional itu. Meskipun demikian sampah bungkus permen masih mudah dijumpai di sekolah ini. (roni)