SDN Dr. Soetomo VIII Surabaya Kirimkan 18 Peserta Pangput LH 2009

Seandainya ada pemilihan kategori sekolah dengan wakil terbanyak yang mengikuti penganugerahan pangeran dan putri lingkungan hidup 2009, mungkin layak diberikan pada SDN Dr. Sutomo VIII Surabaya. Sebanyak 18 agen-agen cilik peduli lingkungan hidup sekolah tersebut terlibat dalam program yang sudah digelar Tunas Hijau sejak tahun 2002. Banyaknya siswa yang terlibat tersebut cukup membuat kaget Tunas Hijau ketika datang ke kompleks sekolah yang terletak di jalan Trunojoyo 84 untuk pembekalan terakhir pada siswa, Kamis (16/4).

Terhitung ada 43 agen-agen cilik peduli lingkungan hidup komplek SDN Dr. Sutomo yang dikirim untuk berlaga pada pangeran dan putri lingkungan hidup 2009. Mereka terdiri dari 18 siswa SDN Dr. Sutomo VIII, 10 siswa SDN Dr. Sutomo VI, 11 siswa SDN Dr. Sutomo VII dan 4 siswa SDN Dr. Sutomo V. Bukan hanya secara kuantitas komplek SDN Dr. Sutomo Surabaya unggul dari sekolah lain. Secara kualitas proyek mereka juga tidak kalah dengan sekolah lainnya.

Macam-macam proyek yang akan ditampilkan diantaranya pemanfaatan sedotan bekas menjadi korden dan taplak meja. Ada proyek pemanfaatan gelas dan botol air mineral menjadi lampion. Ada proyek membuat pigora dari kardus bekas, pengolahan sampah basah menjadi kompos dan daur ulang kertas. Namun dari berbagai macam proyek yang dilaksanakan oleh siswa-siswa peduli lingkungan hidup tersebut, daur ulang kertas bekas menjadi proyek favorit dari para siswa komplek SDN Dr. Sutomo Surabaya.

Menurut guru lingkungan hidup SDN Dr. Sutomo VIII Surabaya Agus Widodo, program ini cocok dengan upaya sekolah untuk mencetak agen-agen peduli lingkungan hidup yang mampu membuat gebrakan melalui aksi-aksi lingkungan hidup di sekolah. “Kami berharap mereka mampu menjadi motor penggerak di sekolah ini untuk menciptakan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan hidup,” ujar Agus Widodo.

Sementara itu guru pendamping dari SDN Dr. Sutomo VI Puguh Wahono berpesan kepada wakil sekolah tersebut untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik. “Yang lebih penting bukan hanya menang dalam program ini, melainkan membuat upaya nyata di sekolah masing-masing. Percuma jika menang lomba tapi tidak diterapkan di sekolah. Penerapan ramah lingkungan yang dilakukan di sekolah dan di luar sekolah sangat penting,” kata Puguh Wahono. (adetya)