Sekolah YPJ Tembagapura Dan Pendidikan Sosial Yang “Semu”

Sekolah Yayasan Pendidikan Jayawijaya (YPJ) Tembagapura berada di Kecamatan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Propinsi Papua. Sekolah ini terletak di ketinggian sekitar 3200 meter dpl (diatas permukaan air laut). Kondisi cuaca setiap hari berkabut dan bahkan hujan sepanjang tahun. Sekolah YPJ Tembagapura ini berada dalam area pertambangan PT. Freeport Indonesia (PTFI), tetapi bukan daerah eksplorasi tambangny. Sekolah ini diperuntukkan bagi anak-anak para karyawan dan kontraktor PTFI. Sekolah ini juga memiliki cukup banyak siswa yang merupakan anak-anak dari suku asli papua yang bermukim di Tembagapura. Sekolah yang terdiri dari playgroup, taman kanak-kanak, sekolah dasar dan sekolah menengah pertama ini pada tahun ajaran 2008-2009  memiliki siswa 867 orang.

Tentang Sekolah YPJ Tembagapura ini ada satu hal yang perlu diketahui. Tembagapura dan tentunya Sekolah YPJ juga adalah daerah yang terisolir dari daerah luar. Siapapun yang masuk harus melalui pemeriksaan di beberapa pos penjagaan yang ada. Tidak sembarangan orang bisa melewati pemeriksaan ini. Semua tamu yang masuk harus sebelumnya mendapatkan kartu identitas tamu PTFI. Ini mengingat bila kita menuju ke sekolah ini maka kita menuju ke daerah pertambangan PTFI yang memang menjadi area tertutup.

Fasilitas internet juga sangat terbatas dan dibatasi pemakaiannya untuk upload maupun download. Namun, fasilitas yang lain justru sangat menunjang dan bahkan memanjakan. Ada satu hal yang dikhawatirkan terkait pendidikan yang didapat anak-anak di sekolah ini. Bukan masalah pada kurikulumnya. Bukan karena pengajarnya. Bukan karena kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakulikuler. Namun, pengaruh lingkungan sosial yang ada di sekitar yang menjadikan para siswa yang belajar di sekolah ini mendapatkan “pendidikan semu”. Ini karena sangat tingginya pelayanan dan fasilitas penunjang yang diberikan.

Masyarakat yang homogen juga menjadi salah satu pengaruhnya. Mayoritas penduduk di Tembagapura adalah para pekerja tambang tembaga dan emas PTFI atau keluarganya. Kalaupun ada pekerjaan selain tambang, itu hanya pekerjaan segelintir orang yang tentunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para pekerja tambang tembaga dan emas yang diklaim terbesar di dunia. Pekerjaan pendukung yang dimaksud diantaranya adalah paramedis, pelayan restoran umum, stationery, atau jasa pos dan telekomunikasi.

Di sekolah ini tidak dipungut biaya sama sekali. Bahkan untuk buku dan pakaian, mereka mendapatkannya secara gratis. Di Tembagapura tranportasi yang digunakan anak-anak sekolah umumnya adalah bus. Tidak sedikit pula yang menggunakan mobil atau jalan kaki. Berjalan kaki menjadi pilihan utama para siswa. Maklum, pemukiman di Tembagapura tidak terlalu luas yang cukup dekat bila ditempuh dengan berjalan kaki. Namun, kondisi pegunungan yang naik dan turun membuat kita harus pandai mengatur nafas bila ingin berjalan kaki.

Berbeda dengan kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta dan Surabaya. Di Tembagapura bukan anak-anak yang berebut atau berusaha untuk mencari dan mengejar bus. Melainkan, bus akan secara otomatis berhenti jika ada orang yang duduk di halte bus. Pejalan kaki pun menjadi prioritas utama yang bisa memanfaatkan jalan. Bila ada pejalan kaki yang lewat, maka semua kendaraan harus termasuk bus dan kendaraan lainnya harus berhenti. Prioritas kedua setelah pejalan kaki adalah bus. Bila ada bus yang berhenti, maka semua kendaraan di belakangnya harus berhenti dan dilarang mendahului.

Fasilitas dan peraturan keselamatan kerja yang diterapkan PTFI membuat pembentukan karakter anak di sekolah ini menjadi sedikit berbeda. Dengan alasan kesehatan, buku-buku di Sekolah YPJ Tembagapura ini hanya berlaku satu semester dan disarankan untuk tidak digunakan adik kelasnya. Alasan kesehatan yang dimaksud adalah pada buku-buku yang sudah lama digunakan sudah terlalu banyak bakteri. Sehingga terlalu rawan terjadi penyebaran bakteri pada orang lain. Buku-buku itu tidak lantas dibuang atau dibakar. Namun, buku-buku itu akan disumbangkan pada sekolah-sekolah yang tidak mampu.

Di Sekolah YPJ Tembagapura, anak-anak setiap harinya bersekolah mulai pukul 7 pagi sampai pukul 3 sore. Setelah itu banyak waktunya dihabiskan di dalam rumah atau mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Ketika hari libur sekolah, kebanyakan dari mereka ingin bebas dalam hal rutininas yang mereka lakukan setiap harinya. Mereka biasanya pergi berlibur dengan turun ke dataran rendah di Timika yang harus ditempuh minimal 2 jam perjalanan darat dengan mobil. Mau lebih cepat dari 2 jam perjalanan dengan mobil, maka siap-siap saja petugas security akan mendenda sebesar Rp. 400.000,- dan sangsi lainnya. (nizam)