Workshop Lingkungan Hidup di SDN Petrokimia Gresik

Pentingnya pengolahan sampah dijelaskan Tunas Hijau pada workshop lingkungan hidup di SDN Petrokimia Gresik, Jumat (17/4). Pada workshop yang diikuti 40 siswa kader lingkungan hidup (Green Lovers Club). Pengolahan sampah dengan tuntas perlu dilakukan tidak hanya untuk menciptakan lingkungan sekitar yang bersih dan menghindari lalat yang dating. Namun, lebih dari itu, pengolahan sampah secara tuntas sangat berpengaruh pada upaya mencegah semakin buruknya perubahan iklim yang menjadi isu nomor 1 dunia abad ini. Sedangkan perubahan iklim adalah akibat dari pemanasan global.

Disampaikan Tunas Hijau bahwa dampak pemanasan global semakin memburuk. Salah satu dampaknya adalah banyak dam air di Australia Barat yang volumenya semakin sedikit bahkan habis. Persediaan air di dam-dam tersebut tidak hanya habis, bahkan permukaan tanah yang menjadi dasar dam-dam tersebut menjadi kering dan pecah-pecah. Fenomena ini diakibatkan karena sejak 2006 di Australia Barat tidak terjadi hujan. Yang terjadi hanya gerimis selama tidak lebih dari lima belas menit.

Sementara di Australia air hujan enggan datang, di beberapa kota di Indonesia air hujan datang dengan sangat berlimpah. Namun air hujan yang sangat berlimpah itu tidak dapat dimanfaatkan karena datangnya dalam bentuk banjir bandang. Bencana ini seperti dijumpai di Bojonegoro, Lamongan dan Gresik. Ada pula banjir bandang yang diawali tanah longsor, seperti yang terjadi di Jember.

Di akhir sesi workshop Tunas Hijau mengajak para siswa kader lingkungan hidup itu untuk menuliskan segala aktivitas yang dilakukan sehari sebelumnya. Aktivitas yang dimaksud adalah segala aktivitas mulai bangun tidur hingga sore hari. Dari semua aktivitas yang dilakukan tersebut, para siswa lantas diminta untuk menunjukkan dampaknya terhadap pemanasan global. Seperti misalnya pada aktivitas mandi dibutuhkan sabun, shampoo dan pasta gigi. Semua kebutuhan tersebut memerlukan transportasi untuk bisa sampai ke kamar mandi di rumah. Sedangkan setiap aktivitas transportasi menggunakan bahan bakar minyak yang selalu menghasilkan gas rumah kaca. (roni)