Workshop Pemanasan Global Bagi Pelajar SMP Menjadi Ajang Promosi Program Lingkungan Hidup di Sekolah
Kesempatan promosi lingkungan hidup yang diberikan aktivis senior Tunas Hijau Satuman dimanfaatkan oleh siswa perwakilan beberapa sekolah untuk unjuk diri. Delapan siswa SMP Negeri 37 Surabaya misalnya. Mereka mempromosikan diri bahwa di sekolahnya sudah ada upaya pengolahan sampah organik khususnya sisa makanan dari kantin sekolah. Upaya pengolahan sampah ini sudah dilakukan sejak Februari 2009 dengan bimbingan Tunas Hijau. Tidak hanya itu, di sekolah yang beralamat di Kalianyar Surabaya ini juga pernah mengadakan lomba puisi, majalah dinding, cerpen, poster dan komik pendek bertema air. Lomba ini dalam rangka peringatan Hari Air Sedunia.
Promosi program lingkungan hidup di sekolah juga dilakukan oleh perwakilan siswa SMP Negeri 5 Surabaya. Di sekolah ini sudah sejak tahun 2006 terdapat hutan sekolah Indraraja. Nama Indraraja dengan maksud lokasi hutan sekolah itu yang berada pada persimpangan Jl. Indrapura dan Jl. Rajawali Surabaya. Sekolah yang beralamat di Jl. Rajawali 5 Surabaya ini juga sudah memulai upaya pengolahan sampah. Sampah plastik di sekolah ini juga sudah sangat berkurang dari pada tahun-tahun sebelumnya. Ini karena ada pembatasan penggunaan barang berkemasan plastik di sekolah.
Promosi program lingkungan hidup di sekolah itu merupakan sesi awal dari pelaksanaan workshop Pemanasan Global yang diselenggarakan Tunas Hijau, Sabtu (25/4) di Ruang Pola, lt. 3 gedung Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya. Panitia kegiatan ini adalah para siswa SMA/SMK dari beberapa sekolah di Surabaya yang menjadi peserta pelatihan lingkungan hidup gelombang I tahun 2009 ini. “Program ini adalah salah satu realisasi rencana kegiatan kami setelah mengikuti pelatihan lingkungan hidup di Trawas bersama Tunas Hijau dan Badan Lingkungan Hidup Surabaya pada Maret 2009,” kata Direktur Workshop Pemanasan Global bagi Pelajar SMP Rindy.
Setelah sesi promosi program lingkungan hidup di sekolah, workshop dilanjutkan dengan penjelasan tentang fenomena alam yang mengindikasi dampak pemanasan global. Dijelaskan oleh aktivis senior Tunas Hijau Mochamad Zamroni, sekitar 100 peserta nampak tercengang dengan visual gunungan es yang runtuh. “Runtuhnya gunungan es di kutub ini tidak terjadi sebulan sekali atau seminggu sekali. Tidak juga terjadi setiap hari atau setiap jam. Namun melelehnya gunungan es ini terjadi setiap detik dan semakin parah,” kata Zamroni yang spontan diikuti “Haaahhh” oleh para peserta.
Sesi workshop lantas dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Pada diskusi ini seluruh peserta dibagi menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok membahas tema yang berbeda. Tema-tema itu adalah sampah, energi, pohon dan transportasi. Keempat tema itu dibahas karena berhubungan sangat erat terhadap terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Dipandu oleh panitia Tunas Hijau yang menjadi peserta pelatihan lingkungan hidup gelombang I, peserta workshop mendiskusikan keterkaitan tema-tema yang ada. Tidak hanya permasalahan di sekitar dan aksi yang dapat dilakukan yang didiskusikan, para peserta juga membuat yel-yel penyemangat yang berhubungan dengan tema diskusinya. (roni)