Curtis, Pemuda Canada Yang Dua Bulan Bersama Tunas Hijau Membina Lingkungan Hidup di Sekolah-Sekolah
Sejak Selasa (5/5) siang, ada wajah baru di markas Tunas Hijau Surabaya. Dia masih muda, berumur kurang dari 23 tahun. Dia bukan orang Surabaya. Dia bukan orang Madura atau pulau lain di Indonesia. Warna kulitnya layaknya seorang bule atau orang dari luar negeri, karena memang dia berasal dari negeri seberang yang sangat jauh. Untuk mencapai Surabaya, dia harus menempuh perjalanan yang sangat lama. Lebih dari 20 jam perjalanan dengan pesawat dia tempuh. Namanya Curtis Deschambault. Dia berasal dari Kota Montreal, Canada.
Curtis akan berada di Surabaya untuk dua bulan. Selama di Surabaya, Curtis akan beraktivitas bersama Tunas Hijau. Aktivitas yang akan dilakukan adalah melakukan pembinaan lingkungan hidup di beberapa sekolah yang menjadi mitra Tunas Hijau. Diantara sekolah yang dijadwalkan akan dikunjungi untuk berkegiatan bersama adalah sekolah-sekolah Adiwiyata Nasional. Sekolah-sekolah itu diantaranya SDK Santa Theresia I Surabaya, SDN Kandangan III Surabaya, SD Al Muslim Wadung Asri dan SDN Petemon XIII Surabaya. Sekolah-sekolah lain juga tidak ketinggalan untuk ikut dibina dalam dua bulan ke depan.
Mengenai program lingkungan hidup yang pernah dia ikuti sebelumnya, Curtis mengaku pernah terlibat pada program bersih-bersih sungai. “Pada bersih-bersih sungai ini saya dan relawan lainnya memunguti sampah non organik yang banyak terdapat di sungai di kota tempat tinggal saya, Kota Montreal, Canada. Ini saya lakukan pada tahun 2003 saat saya masih menjadi pelajar SMA,” kata Curtis Deschambault yang saat ini mahasiswa Concordia University di Montreal, Quebec, Canada.
Lebih lanjut Curtis menjelaskan bahwa dirinya merasa tertarik untuk terlibat pada program lingkungan hidup bersama Tunas Hijau. Ketertarikan pada lingkungan hidup ini disampaikan Curtis berasal dari hobi yang dilakoninya. Hobi yang dia maksud adalah berkemah, memancing dan pendakian gunung. “Bagi saya dan kebanyakan orang lain, keindahan alam dapat dinikmati bila kita respek pada alam, sehingga keindahan alam itu bisa diikmati semua orang,” kata Curtis, yang ke Surabaya kali ini dalam rangka program AIESEC. Cara yang saat ini dilakukan Curtis diantaranya adalah mengurangi sampah yang dihasilkan dan memastikan bahwa sampah organik yang dihasilkan diolah lebih lanjut.
Ada beberapa harapan yang dimiliki Curtis Deschambault selama dua bulan berprogram lingkungan hidup bersama Tunas Hijau. Diantara harapan itu adalah berharap anak-anak Indonesia mau berpikir tentang lingkungan hidup. Lebih lanjut, anak-anak yang dibinanya bersama Tunas Hijau diharapkan mengetahui dampak lingkungan hidup akibat ulahnya. “Saya juga berharap bisa menghubungkan sekolah-sekolah di Indonesia dengan sekolah-sekolah di Canada untuk mendiskusikan tentang program lingkungan hidup untuk bumi yang lebih indah,” lanjut Curtis yang juga ingin pengalamannya berkegiatan bersama Tunas Hijau diketahui anak-anak Canada. (roni)