Wali Kota Surabaya Ajak Finalis Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup Buat Proyek Nyata Untuk Lingkungan Hidup

30 finalis pangeran dan puteri lingkungan hidup 2009 memulai masa karantina atau 3 hari pembekalan lingkungan hidup Kamis (21/5) pagi. Masa karantina ini diawali dengan pembekalan oleh Wali Kota Surabaya Bambang Dwi Hartono. Pada pembekalan yang diberikan di ruang sidang wali kota Surabaya ini, Bambang Dwi Hartono menyampaikan fenomena lingkungan hidup Kota Surabaya. Disampaikan wali kota yang peduli lingkungan hidup ini, bahwa masih banyak warga Surabaya berperilaku buruk terhadap lingkungan hidup.

Dicontohkan Bambang DH perilaku membuang sampah di sembarang tempat sering menyebabkan banyaknya saluran air yang mampet atau buntu dengan sampah non organik. ”Upaya pemerintah kota Surabaya untuk melakukan pembersihan saluran air di banyak kawasan di Surabaya sering dilakukan. Namun, upaya tersebut masih belum dibarengi dengan perilaku masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Akibatnya, seringkali tiga atau empat bulan setelah saluran air dibersihkan, saluran air tersebut akan kembali mampet seperti semula,” kata Bambang Dwi Hartono sambil mengajak para finalis mengidentifikasi jenis sampah non organik di salah satu saluran air yang nampak di slidenya.

Lebih lanjut wali kota Surabaya mengajak para finalis untuk berbuat nyata untuk lingkungan hidup. “Program yang akan direncanakan para finalis pangeran dan puteri lingkungan hidup harus nyata meskipun sederhana. Ini mengingat usia para finalis yang masih pelajar sekolah dasar,” kata Bambang DH. Dicontohkan Bambang bahwa salah satu upaya nyata yang bisa dilakukan adalah tidak membiarkan pintu kulkas atau lemari es terbuka terlalu lama. “Tindakan ini nyata untuk menghemat listrik. Atau bisa dengan menghemat pemakaian air saat menggosok gigi,” kata Bambang DH.

Ditambahkan wali kota bahwa para finalis dinyatakan benar-benar peduli lingkungan hidup bila sudah bisa mengajak kedua orang tua dan saudara untuk melakukan tanam pohon atau kegiatan peduli lingkungan hidup lainnya. Di akhir sesi pembekalan lingkungan hidup oleh wali kota Surabaya, para finalis diminta untuk mendokumentasikan kondisi saluran air yang ada di sekitar sekolah dan rumah. “Dokumentasi yang dibuat itu seyogyanya diikuti dengan aksi nyata membersihkannya bila di saluran itu terdapat sampah,” kata Bambang Dwi Hartono. (roni)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *