Mural Carbon Footprint Berhasil Dibuat, Peserta Conference Membubuhkan Cap Kakinya
Mural dalam rangka Indonesia Art Miles dan International Art Miles Mural Project kembali dilaksanakan Tunas Hijau. Kali ini mural yang dibuat bertema Carbon Footprint atau Jejak Karbondioksida, tema konferensi anak-anak yang diselenggarakan Tunas Hijau di SMP Negeri 37 Surabaya. Mural Carbon Footprint ini dibuat oleh aktivis Tunas Hijau dan peserta konferensi. Desain mural Carbon Footprint ini dilakukan oleh komikus Tunas Hijau Andi Kusmianto. Pembuatan mural ini pun dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan Carbon Footprint Conference, Rabu (24/6). Bedanya, konferensi dilaksanakan di Aula SMP Negeri 37 Surabaya, sedangkan pembuatan mural dilaksanakan di depan aula.
Mural yang didesain Andi Kusmianto ini berisikan 7 tema yang juga menjadi tema bahasan Carbon Footprint Conference di SMP Negeri 37. Setiap tema gambar yang dituangkan juga dibingkai dalam gambar jejak kaki manusia. Tema-tema itu adalah listrik, transportasi, memasak, waktu luang, berkebun, belanja dan mencuci. Pada tema memasak, gambar kompor gas menjadi obyek yang divisualkan. Gambar ini mengandung pesan bahwa menggunakan kompos gas lebih hemat dari pada menggunakan minyak tanah untuk memasak.
Pada tema transportasi, gambar orang bersepeda dan berjalan kaki menjadi obyek yang divisualkan. Gambar ini mengandung pesan bahwa bepergian jarak dekat sebaiknya dilakukan dengan bersepeda atau berjalan kaki karena tidak ada emisi yang dihasilkan. Pada tema waktu luang, gambar jam menjadi obyek yang divisualkan. Gambar ini mengandung pesan bahwa waktu adalah sangat berharga untuk dilewatkan dengan hal-hal yang tidak berguna, apalagi dengan aktivitas yang berdampak pada lingkungan hidup.
Pada tema berkebun, gambar pupuk kompos dan pertanian menjadi obyek yang divisualkan. Gambar ini mengandung pesan bahwa pertanian organik harus menjadi pilihan utama untuk melakukan aktivitas bercocok tanam. Dengan pertanian organik maka penggunaan pupuk alami atau kompos merupakan syarat mutlak. Pada tema mencuci, gambar mesin cuci dan jemuran menjadi obyek yang divisualkan. Gambar ini mengandung pesan agar dalam menjemur pakaian sebaiknya dilakukan secara manual dengan memanfaatkan sinar matahari.
Pada tema listrik, gambar colokan dan jaringan listrik menjadi obyek yang divisualkan. Gambar ini merupakan ajakan agar penghematan listrik terus dilakukan. Diantaranya dengan melepas segala peralatan listrik bila sudah tidak digunakan. Contohnya, bila baterai handphone telah penuh, maka sebaiknya charger dilepas dari sumber listrik. Sedangkan pada tema belanja, gambar kantong belanja dari kain menjadi obyek yang divisualkan. Gambar ini berisi ajakan untuk menghindari penggunaan kantong plastik saat berbelanja dan lebih memilih menggunakan tas belanja kain bisa digunakan berulang kali.
Uniknya, mural bertema Carbon Footprint yang didesain oleh komikus Tunas Hijau Andi Kusmianto itu kemudian dijadikan prasasti Carbon Footprint Conference oleh para peserta. Namun, sebelumnya, perwakilan peserta dari tiap sekolah yang hadir membubuhkan cap kaki mereka pada pinggiran mural yang telah dibuat. Caranya, peserta melepas sepatu dan kaos kakinya, kemudian salah seorang panitia melumuri telapak kaki peserta dengan cat mural yang telah disediakan.
Sementara itu Sulkhan, guru SMP Negeri 37 Surabaya tidak ketinggalan ikut memarakkan pelaksanaan Carbon Footprint Conference di sekolahnya. Caranya, membuat mural khusus yang diselesaikan sendiri. Mural yang dibuat Sulkhan berisi ajakan untuk menjauh dari rokok. Tentunya, pada muralnya ini berisi gambar tentang batang rokok yang sedang menyala dan mengeluarkan asap. Asap rokok ini diilustrasikan Sulkhan mengganggu kenyamanan bumi dan makhluk hidup di dalamnya.
Ajakan Sulkhan untuk menjauhi rokok sangat beralasan. Bagi si perokok, rokok tidak hanya menyedot uangnya untuk dibelikan rokok, namun rokok juga menggerogoti kesehatan si perokok. Tidak ada dalam kamus apapun, merokok membuat tubuh sehat. Yang ada, merokok berarti melakukan investasi sakit. Pun demikian bagi orang-orang yang berada di sekitar perokok atau perokok pasif. Dampak yang ditimbulkan bagi perokok pasif ternyata lebih berbahaya dari perokok aktif atau yang merokok.
Bila aktivitas merokok dilaksanakan di dalam ruangan tertutup, maka bahaya dari asap yang dihasilkan sepuluh kali lebih berbahaya dari polusi udara di luar ruangan. Dengan bahaya ini, maka sudah lama negara-negara maju seperti Amerika Serikat melarang aktivitas merokok dilakukan di dalam ruangan. Tidak terkecuali bila si perokok sedang berada di dalam diskotik, pub atau bar di kota sebesar New York sekalipun. Kondisi ini berbeda dengan di Indonesia yang masih membiarkan aktivitas merokok dilakukan di dalam ruangan. (roni)